Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengembangkan Desa Inkubator, Mari Awali dengan Basis Data Desa

16 Februari 2020   06:42 Diperbarui: 16 Februari 2020   09:58 3153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang bisa saya pelajari dari cerita-cerita sukses desa-desa tersebut adalah, semuanya bermula atau berangkat dari hal kecil. Masyarakat disini tidak melihat bahwa memajukan desanya harus diawali dengan anggaran bombastis. 

Karena ada juga desa yang sudah mendapat anggaran bombastis sayangnya minim analisis sehingga program yang ditawarkan atau keberlanjutan dari proyek bernilai fantastis itu mangkrak di tengah jalan. Ya, kita sering terseok-seok bila berbicara keberlanjutan.

Banyak konsep dan ide pemberdayaan desa yang menguap di permukaan. Kendalanya macam-macam, semangat membangun yang tidak sama, prinsip nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) atau pilihan menggiurkan lainnya yang jauh lebih menguntungkan ketimbang membangun kegotongroyongan bersama membangun desa. 

Mungkin karena di level tertinggi pun, setingkat kementerian misalnya masih saja terdapat perbedaan data jumlah desa antar lembaga yang satu dengan lembaga lainnya.

dokpri
dokpri
Suasana antrian pengunjung di Warung Kopi Klotok--dokpri
Suasana antrian pengunjung di Warung Kopi Klotok--dokpri
Pengembangan Desa Inkubator

Berangkat dari fakta-fakta bahwa sesungguhnya desa-desa di Indonesia itu bisa maju dan mandiri dari dengan pendekatan kegotong-royongan. 

Dari sana terbersit ide bahwa pemerintah bisa mengembangkan desa-desa inkubator terlebih dahulu, sebagai percontohan untuk desa-desa lain di Indonesia yang baru memulai visi besar membangun ekonomi desa dan masyarakatnya.

Seorang kolega yang cukup konsen dengan penelitian pengembangan desa tematik mengungkapkan bahwa keberhasilan pengembangan desa wisata di Jogja atau di Klaten itu karena kita mewarisi nilai-nilai kegotong-royongan yang masih kental. Sehingga pendekatan Top Down sepenuhnya pun tidak menjadi kendala.

Namun perlu berhati-hati juga karena pendekatan Top Down tidak bisa diadoposi sepenuhnya diterapkan bila sumberdaya manusia di desa tersebut belum cukup mumpuni mengembangkan potensi desa. 

Di tahap ini sangat dibutuhkan pendamping desa yang mampu mengarahkan stakeholder dan masyarakat desa dalam menyusun potensi dan masalah di desanya, kemudian dipetakan dan dibuat profiling/pengkategorisasian untuk setiap isu.

Lalu Desa Inkubator itu seperti apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun