Saya berharap hal itu tidak terjadi di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, karena pengelolaan ekowisata belum benar-benar diterapkan. Bila persiapannya terburu-buru maka imbasnya akan berdampak jangka Panjang, baik dari aspek kelestarian variasi terumbu karang maupun pengelolaan sampah yang masih sangat minim. Belum menjadi daerah wisata saja, arus laut menggiring sampah-sampah yang dibuang ke laut dan terbawa hingga ke Kepualaun Auri. Sangat disayangkan memang.
Lelaki Misterius
Di tengah perenungan saya yang diterpa angin laut, terasa keanehan karena mata saya menangkap soosk asing yang bukan bagian dari rombongan. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba seorang remaja lelaki yang berjarak lima meter dari posisi saya  duduk seorang lelaki yang juga menatap laut biru terang jauh ke depan.Â
Saya melihatnya sekali lagi dan dia juga menatap balik dengan malu-malu. Saya menatap ke arah rombongan dengan pikiran bertanya-tanya: barangkali ada anggota rombongan yang mengenali lelaki ini, karena menit-menit berlalu, dan tak satupun datang menghampiri. Mungkin merasakan kebingungan yang sama, dan tanpa berucap sepatah kata lelaki itu berbalik badan lalu beranjak pergi.Â
Sejak kepergiannya saya membatin dari mana remaja ini muncul sementara pulau ini tidak berpenghuni dan tidak ada kapal atau perahu selain perahu yang saya tumpangi. Lamunan itu dikejutkan teman-teman dari kejauhan yang memanggil-manggil saya untuk ikut berfoto, lalu saya pun melupakan sosok remaja itu.Â
Ketika makan siang, saya melihat Pak Marten mengambil beberapa bungkus mi instan dan dibawa pergi entah kemana. Obrolan tentang keindahan Pantai Mapimonu berhasil mengalihkan perhatian saya tentang remaja lelaki yang sekilas muncul secara misterius.
Setelah berpuas diri berswafoto dan serangan kantuk tiada tara melanda, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan menuju Pulau Marasangbadi untuk bersih-bersih badan setelah bermandikan air asin. Dalam perjalanan itu saya bertanya ke Pak Akwan soal remaja lelaki yang sempat saya lihat di Pulau Mapimonu. Saya hanya ingin tahu apakah teman-teman yang lain menyadari kehadiran remaja tersebut.
Lalu Pak Akwan menjelaskan jika remaja yang saya lihat adalah penduduk pulau yang hidup dengan mengandalkan hasil laut. Penduduk pulau-pulau yang pada dasarnya memang tidak berpenghuni layaknya pemukiman pesisir di Pulau Roon dan Rumberpon memang bukan penduduk biasa. Mereka penduduk lokal yang masih diberkahi kemampuan menombak ikan di malam hari dengan mata telanjang.Â
Remaja lelaki yang saya lihat adalah penduduk asli yang mendiami pulau-pulau tak berpenghuni. Kisah yang membuat saya agak bergidik adalah cerita penduduk asli yang berenang dari pulau ke pulau untuk mencari makan. Akhirnya pertanyaan mengapa Pak Marten mengambil beberapa bungkus mi instan lalu menghilang begitu saja ternyata diberikan ke remaja lelaki yang saya lihat di Mapimonu.
Dari Mana Asalnya?
Remaja lelaki itu mengingatkan saya dengan kisah anak-anak suku Bajo dan masyarakat Moken di Kepulauan Andaman di Pesisir Thailand yang memiliki penglihatan jelas dan jernih di bawah air dengan mata telanjang. Karena kekurangpahaman atau entah eksplorasi data yang kurang mendalam, pemerintah setempat mengarahkan agar penduduk yang tinggal di rumah apung beralih ke rumah-rumah di daratan sekalipun jaraknya hanya beberapa meter.Â