Keunikan tersebut tidak memerlukan visualisasi macam-macam, kemudian digiring ke dalam mall. Mall tidak mampu menghadirkan suasana seperti ini, selain tempat berbelanja. Pengembang, sekiranya sudah memperhatikan dan membaca bukti-bukti eksistensi budaya seperti ini, apalagi jika di kota tersebut sudah ada mall yang berdiri. Melihat dan mempelajari fenomena sosial adalah faktor penting dalam mendesain apalagi mendirikan bangunan publik. Semoga masalah Saphir Square, cukup menjadi bahan pertimbangan bagi pengembang untuk berfikir kembali soal pembangunan mall baru di Jogja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H