Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Macet, Warga Kota Yogya Kreatif di Jalan

10 September 2014   14:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senyum dan semangat penonton tak henti-hentinya terpancar saat instruktur senam memberi aba-aba gerakan senamnya. Instruktur senam berusaha mengajak penonton lain agar ikut serta dalam gerakan senam tersebut. Satu persatu penonton akhirnya ikut berolahraga raga bersama warga lainnya.

Setiap minggu ke-empat warga kota Yogya bisa berkumpul bersama dengan warga lain untuk menikmati hiburan kesenian di CFD Sudirman. Car free day ini sekaligus dimanfaatkan untuk melakukan creative day. Terhitung ada hingga tujuh penampil pertunjukan seni dan satu teater yang menghibur penontin. Kegiatan Creative Day ini sendiri berlangsung sejak pukul 06.00-10.00.

Suasana kemudian kembali semarak ketika penampil grup dance muncul ke tengah panggung dengan pakaian serba mini. Penonton yang tadinya masih berpencar kini merapat dan membentuk kerumunan di tengah panggung. Seperti terhipnotis dengan kelincahan gerak sang penari, mata lelaki ini terlihat curi-curi pandang namun ditutupi dengan kesan cuek.

[caption id="attachment_358241" align="aligncenter" width="400" caption="Tiga orang dancer ini cukup mampu menarik perhatian pengunjung ke tengah panggun (Dokumen foto Ratih)"][/caption]

Seorang ibu yang berada di depan saya terlihat membujuk anaknya yang masih sekitar berumur 6 tahun. Saya pikir anak ini menginginkan mainan, jadi merajuk ke ibunya. Pelan-pelan sang Ibu menutupi mata anaknya dengan jilbab panjang yang dikenakan sambil membelakangi para penari di jalan. Rupanya Ibu ini berusaha menghalangi pandangan anaknya, agar tidka melihat pertunjukan tari tersebut, karena anak ini belum cukup umur (hehehe).

Setelah penampil dari grup dance menyelesaikan aksi energiknya, sekarang giliran mahasiswa-mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri Yogyakarta yang menampilkan aksi memikatnya. Mereka menggunakan kostum karnaval yang meriah. Pakaian mereka terdiri dari beberapa ornamen yang berciri khas unik asli Indonesia. Mereka berlenggak-lenggok mengikuti dentuman musik yang terdengar sangat kental dengan permainan alat musik khas Indonesia.

[caption id="attachment_358244" align="aligncenter" width="400" caption="Pakaian unik yang dipamerkan mahasiswa Yogya"]

14103069472142857144
14103069472142857144
[/caption]

Kesempatan berfoto dengan penari tidak saya lewatkan, saya ingin melihat dari dekat kostum yang mereka gunakan. Pakaian mereka memang unik, meriah dan besar. Baik laki-laki maupun perempuan membawa sayap buatan yang diikatkan dibagian belakang tubuh mereka. Peserta karnaval terbukti berhasil menghibur penonton saat itu.

Penampil yang paling heboh, meriah, atraktif dan cukup membuat kami agak tegang adalah saat kemunculan para pemain teater yang membawa kisah tentang perjuangan Indonesia melawan Belanda. Awalnya masih membosankan saat MC acara membacakan narasi kronologi rencana penyerangan tentara Indonesia.

Boom, boom, boom, terdengar suara meriam di ledakkan dan asap berwarna merah menyebur di tengah jalan. Penonton semaki panik saat suara petasan tak henti-hentinya berbunyi sepanjang pertunjukan. Ada yang berlari, menghindar dan suasana saat itu terasa mendebarkan. Sesekali pikiran saya pun ikut membayangkan suasana perang yang saya nonton di film-film.

[caption id="attachment_358245" align="aligncenter" width="400" caption="Ini dia aksi pemain teater jalanan yang berkisah tentang pengusiran tentara Belanda di kota Yogya, sempat membuat penonton heboh karena pertunjukannya terasa begitu nyata (Dokumen Ratih)"]

1410307091548128603
1410307091548128603
[/caption]

Pertunjukan teater ini adalah pertunjukan spektakuler bagi saya, karena bisa menontonnya di lokasi yang sederhana, bukan di dalam gedung. Bagi saya ketika seseorang mampun menampilkan pementasan yang memukau penonton, sekalipun tidak berada di dalam gedung, hanya di jalan biasa tentu patut diapresiasi.

Mengapa di Jalan?

Ide awal pelaksanaan Car free day dan menjadi tren gaya hidup sehat saat ini tidak lepas dari pelaksanaan Car Free Day di negara lain yang terbilang sukses. Saya mengambil contoh di Vancouver (Canada), mengingat kota ini adalah salah satu kota dengan penataan yang terbaik dan paling ramah lingkungan di deretan kota-kota maju dunia.

Memiliki sebanyak 200 taman saja ternyata belum cukup bagi warga vancouver untuk mewujudkan kota mereka menjadi layak huni. Hingga akhirnya pada tahun 2005, gerakan Car Free Day ini mulai dilaksanakan warga Vancouver. Kegiatan Car Free Day di Vancouver tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang saya saksikan di CFD Yogyakarta. Baik Yogya dan Vancouver menampilkan beberapa kegiatan seni dalam acara CFD tersebut.

Esensi dari kegiatan Car Free Day di Vancouver bertujuan mengurangi kemacetan di pusat kota Vancouver. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengumpulkan warga kota dalam kesetaraan yang sama, berkumpul tanpa dibatasi sekat oleh kendaraan. Saya pernah mendengar ucapan seperti ini “Lebih baik saya tidak memiliki kendaraan daripada harus kehilangan kaki, saya bersyukur masih bisa berjalan dengan kedua kaki saya mengelilingi kota tercinta”.

Lebih jauh lagi kita bisa melihat, bahwa Car Free Day tidak hanya sekadar acara seniman belaka yang menggunakan jalan sebagai pentasnya. Jalan telah menjadi penyebab kemacetan luar biasa dan mengakibatkan terjadinya peningkatan polusi terbesar khususnya di kota metropolitan. Padahal fungsi utama jalan adalah meningkatkan akses bagi masyarakat menuju tempat tujuan masing-masing.

Pergeseran dari fungsi menjadi penyebab suatu masalah, akhirnya menjadi penyakit kota saat ini. Jalanan tidak lagi menjadi solusi bagi warga kota, melainkan jalanan menjadi objek makian. Car Free Day menunjukkan pada publik bahwa jalan yang selama ini hanya menjadi jalur lalu lintas kendaraan setiap hari, ternyata bisa menjadi ruang yang memberi manfaat bagi kegiatan warga kota.

Jalanan yang ada sekarang lebih banyak berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang menggunakan kendaraan tapi disisi lain meniadakan kempampuan orang yang ingin berjalan atau bersepeda. Para pejalan kaki terpapar polusi, sedangkan pesepeda bertaruh bahaya dengan motor yang jumlahnya semakin meningkat.

Kegiatan Car Free Day mengingatkan warganya, bahwa sebenarnya jalan bukan hanya habitat bagi mesin-mesin kendaraan saja tetapi juga ruang dan habitat bagi warga kota. Get life on the road.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun