Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Macet, Warga Kota Yogya Kreatif di Jalan

10 September 2014   14:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan teater ini adalah pertunjukan spektakuler bagi saya, karena bisa menontonnya di lokasi yang sederhana, bukan di dalam gedung. Bagi saya ketika seseorang mampun menampilkan pementasan yang memukau penonton, sekalipun tidak berada di dalam gedung, hanya di jalan biasa tentu patut diapresiasi.

Mengapa di Jalan?

Ide awal pelaksanaan Car free day dan menjadi tren gaya hidup sehat saat ini tidak lepas dari pelaksanaan Car Free Day di negara lain yang terbilang sukses. Saya mengambil contoh di Vancouver (Canada), mengingat kota ini adalah salah satu kota dengan penataan yang terbaik dan paling ramah lingkungan di deretan kota-kota maju dunia.

Memiliki sebanyak 200 taman saja ternyata belum cukup bagi warga vancouver untuk mewujudkan kota mereka menjadi layak huni. Hingga akhirnya pada tahun 2005, gerakan Car Free Day ini mulai dilaksanakan warga Vancouver. Kegiatan Car Free Day di Vancouver tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang saya saksikan di CFD Yogyakarta. Baik Yogya dan Vancouver menampilkan beberapa kegiatan seni dalam acara CFD tersebut.

Esensi dari kegiatan Car Free Day di Vancouver bertujuan mengurangi kemacetan di pusat kota Vancouver. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengumpulkan warga kota dalam kesetaraan yang sama, berkumpul tanpa dibatasi sekat oleh kendaraan. Saya pernah mendengar ucapan seperti ini “Lebih baik saya tidak memiliki kendaraan daripada harus kehilangan kaki, saya bersyukur masih bisa berjalan dengan kedua kaki saya mengelilingi kota tercinta”.

Lebih jauh lagi kita bisa melihat, bahwa Car Free Day tidak hanya sekadar acara seniman belaka yang menggunakan jalan sebagai pentasnya. Jalan telah menjadi penyebab kemacetan luar biasa dan mengakibatkan terjadinya peningkatan polusi terbesar khususnya di kota metropolitan. Padahal fungsi utama jalan adalah meningkatkan akses bagi masyarakat menuju tempat tujuan masing-masing.

Pergeseran dari fungsi menjadi penyebab suatu masalah, akhirnya menjadi penyakit kota saat ini. Jalanan tidak lagi menjadi solusi bagi warga kota, melainkan jalanan menjadi objek makian. Car Free Day menunjukkan pada publik bahwa jalan yang selama ini hanya menjadi jalur lalu lintas kendaraan setiap hari, ternyata bisa menjadi ruang yang memberi manfaat bagi kegiatan warga kota.

Jalanan yang ada sekarang lebih banyak berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang menggunakan kendaraan tapi disisi lain meniadakan kempampuan orang yang ingin berjalan atau bersepeda. Para pejalan kaki terpapar polusi, sedangkan pesepeda bertaruh bahaya dengan motor yang jumlahnya semakin meningkat.

Kegiatan Car Free Day mengingatkan warganya, bahwa sebenarnya jalan bukan hanya habitat bagi mesin-mesin kendaraan saja tetapi juga ruang dan habitat bagi warga kota. Get life on the road.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun