Mohon tunggu...
Ratih Saraswati
Ratih Saraswati Mohon Tunggu... -

Jurnalistik Atma Jaya Yogyakarta 2012

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Media Online di Indonesia Cenderung Monoton?

7 April 2016   13:48 Diperbarui: 7 April 2016   20:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di era digital dan modern seperi saat ini, khalayak benar-benar dilibatkan oleh media untuk ikut dalam pembuatan cerita. Seperti yang terjadi pada The New York Times yang mewawancarai 200 orang di seluruh AS tentang harapan mereka untuk pemerintahan baru setelah Presiden Obama terpilih. Suara mereka dicatat dan disajikan dengan cara yang unik, di grafik interaktif.

Contoh media lainnya adalah sebuah surat kabar (Los Angeles Times) yang menciptakan peta interaktif untuk melacak persis dimana setiap orang yang tewas. Berita ini diangkat oleh Los Angeles Times karena keprihatinan banyaknya orang yang terbunuh di negaranya. Peta ini juga menyediakan informasi lebih lanjut tentang setiap orang yang tewas terbunuh.

Selain dua contoh diatas, masih terdapat banyak media yang mengangkat isu dan diberitakan dengan cara yang berbeda. Cara yang mungkin membutuhkan waktu pengerjaan lama dan biaya yang besar. Namun memberikan hasil yang maksimal dan memuaskan publik sebagai pengguna yang mengakses beritanya.

Tapi kemudian timbul pertanyaan, kenapa Indonesia tidak bisa seperti itu ? apakah sumber daya manusianya tidak ada ? ataukah teknologi yang tidak mumpuni ? atau tidak adanya biaya ? atau yang lainnya ?

Menurut analisis saya, sebenarnya media Indonesia mampu melakukannya. Saya percaya, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang baik dan berkualitas, teknologi yang mumpuni dan bahkan meskipun membutuhkan biaya yang besar, pasti bisa jika ada usaha dan niat yang kuat untuk memulai menyajikan hal yang baru dan berbeda.

 Seperti contohnya Kompas.com yang baru-baru ini menampilkan VIK yaitu Visual Interaktif Kompas. Kompas berusaha memberikan tontonan atau bacaan yang baru untuk pengguna online. Dengan menggabungkan antara teks, gambar, suara, video, dan grafis menjadi satu bagian cerita yang menarik dan pertama di Indonesia. VIK merupakan sebuah upaya jurnalistik yang diciptakan oleh Harian Kompas, Kompas.com dan Kompas TV (multi-channel) yang mencari kedalaman arti dan perspektif atas suatu peristiwa, disajikan secara naratif yang diperkaya grafis, foto, video dan audio (multimedia) untuk memberi warna baru di dunia jurnalistik.

Kemunculan VIK memberikan warna baru dan menjadi pelopor untuk media lain khususnya media online. Cerita yang diangkat oleh VIK beragam, mulai dari isu-isu sosial, politik, budaya, olahraga, dan sebagainya.

Media di Indonesia mungkin harus lebih meningkatkan kreativitas dalam mengangkat suatu berita agar terkesan tidak monoton. Publik tentunya akan mengingini sesuatu yang lebih, tidak itu-itu saja dan sesuatu yang berbeda. Terlebih cerita yang berdampak untuk masyarakat luas.

Media online di Indonesia terlalu sederhana dalam menyajikan sebuah produk berita. Biasanya hanya berisi teks dan gambar saja. Atau mungkin ditambah dengan video dan audio. Membuat sesuatu yang berbeda memang membutuhkan waktu dan biaya yang besar.

Negara Indonesia merupakan Negara yang multikultural dan kompleks. Sehingga begitu banyak persoalan yang beragam dan unik. Misalnya, mengapa banyak kasus prostitusi yang masih terus ada dari zaman dulu hingga saat ini, padahal bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang penduduknya beragama. Atau, kenapa masih banyak terdapat kasus aborsi bahkan melibatkan anak dibawah umur. Mengapa masih terdapat kasus anak-anak dengan gizi buruk, dan lain sebagainya. Kasus semacam itu mungkin sudah banyak diberitakan. Maka media seharusnya tidak hanya mengangkat isu-isu tersebut dalam sebuah teks saja namun bisa lebih. Seperti yang dilakukan oleh beberapa media Barat yang menyajikan prosuk jurnalistik dengan apik dan memberikan pengetahuan serta melibatkan khalayak secara langsung.

Dengan menggunakan teknologi yang sudah berkembang sangat pesat dan baik ini, rekan jurnalis atau yang bekerja di media seharusnya sangat bisa memberikan produk jurnalistik yang berbeda dan unik. Jurnalisme tidak hanya memberikan informasi kepada publik, tapi juga bisa berdampak bagi orang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun