Mohon tunggu...
Ratih Saraswati
Ratih Saraswati Mohon Tunggu... -

Jurnalistik Atma Jaya Yogyakarta 2012

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyingkap Sejarah Jurnalisme Online

12 Maret 2016   17:48 Diperbarui: 18 Maret 2016   13:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Okezone menjadi penanda bangkitnya lagi kegairahan pada media online di Indonesia. Tak lama setelah okezone.com, Grup Bakrie yang sedang mengonsolidasikan dua stasiun televisinya dalam anak grup Visi Media Asia (VIVA) juga tertarik ikut bermain di media online. Mei 2008, empat wartawan Tempo, dua di antaranya baru saja usai sekolah di Amerika Serikat dan Inggris, menawarkan sebuah konsep media online baru. Sebelumnya, mereka menawarkan konsep ini kepada Te m p o, tapi tak mendapat respons memadai. Nezar Patria, satu dari empat orang itu, menceritakan, Anindya Bakrie yang merupakan pemuncak Grup Bakrie tertarik dan memandang konsep media baru ini memiliki masa depan. “Kebetulan dia punya bisnis infrastruktur di bawah Grup B-Tel,” kata Nezar yang kini Redaktur Pelaksana VIVAnews.com itu. Desember 2008, vivanews.com pun diluncurkan.

Melihat persaingan yang makin ketat, kompas.com pun melakukan perubahan besar pada situsnya. Edi Taslim menyebut, Grup Kompas Gramedia menggelontorkan Rp 11 miliar untuk “reborn” kompas.com pada 2008. Situs yang dulu hadir dengan nama Kompas Cyber Media atau KCM lahir baru dengan branding Kompas.com. Perubahan signifikan dari“media baru” ini adalah mempraktikkan langkah sinergi dengan mengkonvergensikan sejumlah media di bawah grup Kompas Gramedia ke dalam kompas.com. ”Kompas.com juga mendeliver konten melalui augmented reality. Beberapa laporan Harian Kompasyang notabene cetak juga dimultimediakan, seperti laporan ‘Ekspedisi Cincin Api’ dan ‘Ekspedisi Citarum’ yang memenangkan penghargaan tingkat Asia,” kata Edi Taslim.

Grup Tempo yang memiliki tempointeraktif.com juga melihat kegairahan baru ini. Sejak 2008, Tempointeraktif mulai digarap serius: staf ditambah, format baru dicari. Widiarsi menyebut, salah satu kendalanya ternyata persoalan teknis: nama situs. Tempo.com sudah ada yang punya. Di sinilah ihwal munculnya peralihan dari www.tempointeraktif.com menjadi www.tempo.co. “Alhamdulilah, sejak November 2011 diluncurkan, dari ranking 1.530 Indonesia di Alexa, belasan ribu di dunia, hanya waktu dua bulan, kami sudah naik jadi nomor 40 di Alexa. Dan kami ranking 5 untuk portal berita se-Indonesia,” kata Niniel, panggilan akrab Widiarsi Agustina.

Selepas 2003, situs-situs berita yang mewarnai jagad maya tanah air tampil lebih atraktif. Seiring perkembangan teknologi internet yang hadir dengan web 2.0-nya, situs-situs itu mulai membuka ruang terjadinya interaksi antar pembaca di situs mereka. Pembaca dapat memberikan komentar pada berita. Disediakan pula ruang diskusi dalam forum. Partisipasi pembaca diberi ruang lebih luas dalam layanan blogging. Detik.com menyediakan detikblog, sementara Kompas.com membuka Kompasiana.

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun