Mohon tunggu...
Ratih Saraswati
Ratih Saraswati Mohon Tunggu... -

Jurnalistik Atma Jaya Yogyakarta 2012

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyingkap Sejarah Jurnalisme Online

12 Maret 2016   17:48 Diperbarui: 18 Maret 2016   13:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah petinggi media tersebut yang dihubungi AJI Indonesia bercerita tentang konsep awal mereka terjun ke online. Edi Taslim, Vice Director PT Kompas Cyber Media, menceritakan, konsep awal Kompas Online hanya memindahkan konten Harian Kompas ke internet. Redaktur tempo.co (nama baru tempointeraktif.com), Widiarsi Agustina, mengemukakan tempointeraktif.com bukan merupakan versi online dari Majalah Tempo yang dibredel tahun 1994. Namun, seperti halnya majalah, tempointeraktif.com diupdate mingguan. Daru Priyambodo, Pemimpin Redaksi tempo.co, mengemukakan hal yang sama. Media-media online yang muncul pada tahun-tahun pertama ini sebenarnya  hanya salinan dari versi cetak. Mereka belum memiliki model bisnis yang dirancang untuk menghasilkan laba karena media ini dilahirkan sebagai simbol prestise.

1998: Detik Sang Pelopor

Khasanah media online yang statis berubah sejak detik.com muncul. Digagas oleh empat sekawan yaitu  Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman dan Didi Nugrahadi, www.detik.com diunggah pertamakali pada 9 Juli 1998. Tidak ada media cetak yang mengindukinya. Detik muncul sebagai media online otonom. Meski menyandang nama Detik, tidak ada hubungan apapun antara detikcom dengan Tabloid Detik dan Detak kecuali bahwa Budiono dan Yayan pernah menjadi editor di Tabloid Detik. Sapto Anggoro, jurnalis awal

detik.com, menceritakan dalam buku “Detikcom: Legenda Media Online” (2012), Budiono sebenarnya sempat menganggur sebagai “jurnalis” selama beberapa tahun selepas dari  tabloid Detik. Ia sibuk mengurus Agrakom, bisnis web developer yang ia dirikan bersama rekannya. Momen perubahan sosial politik di tahun 1998 menggerakkan Budiono untuk membuat sebuah media baru yang tidak mudah dibredel dan mampu memberikan informasi secepat mungkin tanpa harus menunggu dicetak besok pagi. Budiono sempat menawarkan konsep media online itu kepada Harian Kompas yang merupakan klien perusahaan Agrakom. Tawaran itu tak bersambut. Budiono tak patah arang. Bersama tiga rekannya, ia meluncurkan detik.com dengan modal awal Rp 40 juta. Tanpa dukungan media cetak, seperti media online generasi pertama, www.detik.com mengenalkan langgam berita baru: ringkas to the point. Kerap, atas nama kecepatan, berita detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W + 1H layaknya pakem baku jurnalistik. Budiono mengenalkan langgam running news, yakni sebuah penyajian berita serial yang meniru cara breaking news stasiun berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor-kantor berita asing seperti AP, AFP, atau Reuters. Konsep ini mendapat tempat di hati pembaca di tengah penetrasi internet yang sangat rendah dan berbiaya mahal.

2000-2003: Booming Dotcom dan Kejatuhannya

Akhir 1990-an, dunia dilanda booming dotcom. Indonesia tak lepas dari pengaruh gelombang baru ini. Situs-situs lokal bermunculan satu per satu, termasuk situs-situ berita. Beberapa situs berita yang lahir pada era ini antara lain astaga.com, satunet.com, lippostar.com, kopitime.com dan berpolitik.com. Mereka yang terjun ke situs-situs berita ini adalah para pemodal berkantong tebal. Astaga dan Satunet dimodali investor asing, sementara Lippostar adalah besutan Grup Lippo, perusahaan papan atas di Indonesia. Kopitime.com juga menorehkan sejarah di era ini sebagai media online pertama yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Di luar nama-nama itu, satu persatu media online terus bermunculan.

Euforia online di tanah air tidak bertahan lama. Kegairahan media-media online baru dengan kucuran dana besar dari para investornya rupanya tidak diimbangi dengan pertumbuhan bisnis yang baik. Memasuki tahun 2002, satu per satu media berguguran, tak mampu mengongkosi biaya operasional. Kopitime pun tak lama menikmati lantai bursa. Pada 2003 saham Kopitime disuspensi di harga Rp 5 per lembar. Meski dilanda krisis, detik.com tetap bertahan meski harus melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawannya. Dua media online lain yang juga bertahan dari krisis adalah kompas.com dan tempointeraktif.com. Dua terakhir ini tidak gugur karena ditopang kokoh oleh media induknya yang berbasis cetak. Namun, prahara dotcom kala itu belumlah dianggap sebagai kiamat. Masih ada sebersit optimisme dari para pelaku media cetak untuk mempertahankan bahkan memunculkan versi online mereka. Kompas.com yang kala itu di-branding sebagai Kompas Cyber Media atau KCM terus dipertahankan meski roda bisnis terasa berat berputar. Republika.co.id juga bertahan bahkan memperbaiki penampilannya pada 2003. Meski belum memiliki prospek bisnis, sejumlah media cetak pun masih mempertahankan situs mereka seperti suarapembaruan.com, mediaindonesia.com, dan bisnis.com.

Setelah 2003: Musim Semi

Prahara di sepanjang 2002 dan 2003 tak mengikis semangat juang para pemilik modal. Awal 2003, muncul www.kapanlagi.com. Adalah Steve Christian bersama seorang rekannya yang baru pulang kuliah dari Australia mengonsep sebuah situs hiburan yang tujuh tahun kemudian berkembang menjadi media hiburan terpopuler di jagat internet Indonesia.

“Kami tahu bahwa jika kami melakukannya dengan benar dan fokus pada pengalaman pengguna, kami bisa menjadi pemain utama dalam pasar,” kata Steve. Ia mengakui, kue peruntungan yang didapat dari bisnis ini memang belum sebesar yang didapat cetak, namun angkanya semakin tahun terus membaik. Tahun 2012 ini Steve mencoba peruntungan baru dengan membangun situs berita yang lebih “serius” www.merdeka.com. 

Menjelang tahun 2004, prahara yang nyaris  meluluhlantakkan bisnis dotcom di tanah air seperti terlupakan. Memasuki tahun 2006, grup PT Media Nusantara Citra (MNC) yang memiliki tiga stasiun televisi yaitu RCTI, Global TV, dan TPI yang kemudian berubah menjadi MNC menyiapkan situs www.okezone.com . “Secara resmi diluncurkan (commercial launch) pada 1 Maret 2007,” kata Pemimpin Redaksi okezone.com, M Budi Santosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun