Mohon tunggu...
Ratih Noko
Ratih Noko Mohon Tunggu... Administrasi - Less is More

Pecinta buku dan travel

Selanjutnya

Tutup

Financial

Nyatakah Ancaman Resesi Ekonomi?

21 September 2019   19:35 Diperbarui: 21 September 2019   19:55 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini ekonomi dunia sedang berjalan dalam ketidakpastian. Indikatornya jelas, lembaga internasional seperti IMF dan World Bank dalam publikasinya sudah melakukan tiga kali pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 sebanyak 0,3 persen. 

Perang dagang dua negara besar yaitu AS dan China, ketidakpastian Brexit, naiknya tensi politik Jepang -- Korea, demo di Hongkong, dan kericuhan sosial politik di beberapa negara lain menjadi sumber ketidakpastian ekonomi global. 

Apakah situasi ini kemudian menjadi ancaman resesi global? Resesi berpengaruh terhadap penurunan simultan seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, produksi industri, pendapatan riil, dan keuntungan perusahaan. Kenyataannya ekonomi global saat ini masih tumbuh positif, meski dapat disebut mengalami perlambatan. Namun indikator di beberapa negara dunia sudah menunjukkan gejala pelemahan yang dengan indikator sebagai berikut:

Pertumbuhan Ekonomi Tumbuh Melambat Bahkan Kontraksi


Argentina dan Turki adalah dua negara yang saat ini menghadapi resesi. Pertumbuhan PDB riil Argentina sudah kontraksi selama 4 triwulan berturut-turut. 

Tekanan perekonomian Argentina disebabkan oleh respon negatif pasar atas pengunguman hasil sementara pemilu yang dimenangkan oposisi serta gagal bayar utang. 

Penurunan kepercayaan investor terlihat pada depresiasi Peso Argentina s.d Agustus 2019 mencapai lebih dari 30 persen, hiperinflasi 2019 diatas 50 persen, suku bunga acuan mencapai 83 persen, cadangan devisa menurun tajam, imbal hasil surat berharga tenor pendek dan menengah meningkat tajam, serta penurunan rating. 

Di tempat lain, Turki juga mengalami kontraksi pertumbuhan PDB selama 3 triwulan berturut-turut. Pada Agustus 2019, inflasi di Turki mencapai 15 persen. Baru-baru ini Jerman juga diproyeksi jatuh ke dalam resesi. Indeks bulanan yang diterbitkan oleh Macroeconomic Policy Institute (IMK) menyebutkan risiko resesi Jerman meningkat menjadi 59,4 persen dari 43 persen pada Agustus 2019. Ekonomi Jerman telah melemah akibat sektor manufaktur yang bergantung pada ekspor terus mengalami perlambatan. Industrial production Jerman pada Juli 2019 terkontraksi 4,17 persen.  

Selisih Yield Obligasi Pemerintah AS tenor 2 dan 10 Tahun Semakin Menyempit

Untuk pertama kalinya sejak Juni 2007, penguatan harga pada tenor US Treasury 10 tahun lebih tinggi daripada tenor 2 tahun. Penguatan harga obligasi 10 tahun ini membuat yield-nya turun tajam sehingga lebih rendah daripada tenor 2 tahun atau disebut inversi yaitu kondisi dimana lebih tingginya yield tenor jangka pendek dibandingkan yield tenor jangka panjang. 

Ini mencerminkan investor lebih minat terhadap US Treasury jangka panjang karena menilai akan terjadi kontraksi atau tekanan ekonomi pada jangka pendek. Apakah inversi memprediksi resesi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun