KARYA RATIH PRASEDYAWATI
Seorang gadis belia nan cantik yang selalu di panggil Oshin oleh teman-temannya atau warga setempat yang melihat muka gadis tersebut. Sebenarnya gadis itu namanya Dewira Cahaya Indah, dipanggil Dewi. Tapi karena wajah gadis cantik tersebut mirip orang Jepang, jadi Dewi suka dipanggil Oshin. Mungkin saat itu sedang tren Film serial Oshin di TV, Sebenarnya Dewi tidak terlalu mirip Oshin, hanya memang matanya sipit menggemaskan, he..he..Â
Malah banyak juga yang bilang kalau Dewi mirip Iceu Trisnawati, Â mungkin karena saat itu juga sedang terkenal penyanyi Iceu Trisnawati. Sebenarnya kecantikan Dewi lebih cantik dari Oshin atau pun Iceu Trisnawati. Dewi yang masih duduk di kursi sekolah SMP kls 1 saja, kecantikannya sudah sangat terlihat, bening bercahaya dan akan semakin bersinar kulit putih mulusnya saat terpapar sinar Matahari, walau pun Dewi masih SMP tapi sudah terkenal karena kecantikannya, kata warga kampungnya, Dewi si gadis kembang desa.
Karena Kecantikan Dewi itu dia sangat terkenal dilingkungan desanya dan desa sekitarnya. Hampir orang-orang yang lihat gadis itu akan langsung bilang "duuuh geulis pisan" kadang di usia SMP aja Dewi masih suka di cubit pipinya sama orang dewasa yang gemes lihat Dewi. Padahal hal itu paling dibenci Dewi, dari kecil sampai masa SMP masih ada saja yang cubit pipinya, baik perempuan atau laki-laki. Dewi anak rumahan karena trauma kalau keluar sering ada yang cubit pipinya atau meluk Dewi. Hal itu benar-benar dibencinya apa lagi kalau yang cubit Dewi Om-om atau laki-laki dewasa. Â Â
Tapi di masa sekolahnya hidup Dewi yang sangat cantik itu tidak secantik parasnya, karena Dewi akan mendapatkan gangguan sampai bullying, khususnya dari cowok-cowok yang mengganggunya, Dewi sering di ganggu bahkan dilecehkan cowok yang mengaguminya, dengan kata-kata kasar mungkin cowok-cowok itu senang sama Dewi, tapi cara meraka meluapkan rasa senangnya malah jadi membully Dewi. Dan yang perempuan pun mereka sering membully Dewi mungkin karena para perempuan itu khawatir tersaingin Dewi atau iri hati dengan paras cantiknya Dewi.
Tapi walaupun begitu Dewi anaknya sangat periang, perlakuan orang-orang sekitarnya tidak menjadikan Dewi lemah atau cengeng, bahkan yang jadi sahabatnya pun tetap ada, khususnya teman-teman yang barengan pulang saat pulang sekolah.
 "Oshin... Oshin"
Gadis yang di panggil Oshin pun menengok, dan membalas panggilannya dengan senyuman. Cowok-cowok tanggung bahkan ada yang sudah dewasa pun tertawa terbahak bahak saat gadis yang dipanggil Oshin itu nengok dan tersenyum. sepertinya mereka bahagia banget kalau direspon panggilannya, tapi ternyata panggilan itu bukan hanya cuma memanggil, mereka malah semakin diluar batas dan mengganggu gadis tersebut. Dan gadis yang di panggil Oshin pun akan lari terbirit-birit menghindari kejaran dan gangguan cowok-cowok nakal itu.
Gadis yang di panggil Oshin itu selalu mendapat perlakuaan tidak menyenangkan baik di sekolah atau saat di luar sekolah, Gadis itu selalu di gangu cowok-cowok, kalau jaman sekarang Gadis cantik itu tidak akan selalu di bully. Tapi mungkin malah akan disanjung-sanjung oleh para  cowok. Bahkan mungkin akan terkenal didunia maya atau sosmed. He..he..
"Dewi... Dewi  tungguin dong jangan lari terus" teman-teman yang di belakang pun manggil-manggil, untuk mencegah Dewi supaya berhenti berlari. Akhirnya Dewi pun berhenti berlari. ternyata Dewi gadis yang di panggil Oshin sama sekumpulan anak-anak cowok tadi. Dewi  sudah sebulan sekolah di SMP Negeri 1 Sumber Jaya di desa Sumber Jaya, sekolahnya masuk siang karena SMPN Dewi masih numpang di SD Negeri I Sumber Jaya. Kalau saat pulang sekolah sore sekitar jam 16:00 itu sudah tidak ada kendaraan angkutan desa jadi Dewi  akan pulang dengan berjalan Kaki, perjalanan ke rumahnya yang emang jauh dari sekolah SMPnya, yang harus menempuh 1 jam dengan berjalan kaki.
Dewi sudah sangat cape dengan sekolah di SMPN tersebut apa lagi di setiap desa yang di Lewati Dewi saat pulang, Dewi akan di godain sama cowok-cowok tidak jelas. Cowok-cowok itu sangat mengganggu. Pernah  sampai rumah Dewi  merengek ke Bapaknya minta pindah sekolah, tapi Bapaknya selalu bilang.
"belum bisa pindah sekarang nak, kamu sabar dulu aja. Nanti pas setengah semester kamu baru boleh pindah" itu kata Bapaknya.
Yaa Dewi akhirnya menjalani sekolah di SMPN Sumber Jaya tersebut, walau perjalanan sekolah di SMPN itu penuh pengorbanan, belum dapet bullyan dari temen sekolahnya dan  setiap pulang sekolah pasti Dewi akan digangguin, walau sahabat-sahabatnya yang berbarengan pulang karena searah akan menjaga Dewi, tapi tetep aja Dewi di ganggu. Rumahnya Dewi  termasuk yang paling jauh dari teman-temannya yang sejalan, teman-temannya sudah sampai sedang Dewi masih harus melewati 2 desa lagi. saat itu lah Rara  akan sendirian pulang dan berjuang sendiri dari gangguan anak- anak tanggung dan pemuda pemuda desa yang sengaja ngongkrong dijalan desa menunggu Dewi pulang.
Sebenarnya Dewi tidak ingin sekolah di SMPN itu tapi berhubung ada SMPN baru didirikan di kecamatannya yang mengharuskan lulusan SDN Dewi sekolah wajib masuk ke SMPN Sumber Jaya tersebut, walau gedungnya masih numpang di SDN Sumber Jaya. Jadi terpakasa Dewi masuk SMPN Sumber Jaya tersebut.
Saat semester dua di kelas 1 SMP, Dewi  pindah sekolah ke SMPN kecamatan lain, yang masih bertetangga dengan kecamatan tempat Dewi tinggal, di jaman itu dikampung Dewi, SMPN itu satu kecamatan 1 sekolah.
"Wilujeung enjing sadayana, anak-anak dinten ieu urang kadatangan anak baru, sok neng kenalkeun"
Dewi dipersilahkan memperkenalkan diri di depan kelas oleh bapak guru, yang katanya Bapak tersebut merupakan wali kelasnya. Yang bernama Pak Drajat.
"muhun Bapak Hatur nuhun" Kata Dewi. Saat itu kelas yang begitu riuh dan memang mungkin karena terlalu penuh isi kelas tersebut langsung terdiam, dan mereka semua melihat ke arah Dewi. Tatapan yang semuanya penasaran siapa yang akan diperkenalkan di depan kelas tersebut.
"Wilujeung enjing ka sadayana, nepangkeun wasta simkuring Dewira Cahaya Indah, di panggil Dewira Cahaya Indah, Abdi linggihna di desa Tunggal Jaya, saya pindahan dari SMPN Sumber Jaya, sakitu hatur nuhun, senang berkenalan dengan teman-teman"
"yeeeeh,,, cantik...cantik..."
"Dewi yang sangat cantik..."
"horeeeee,,,, akhirnya kelas A ada anak cewe cantiknya"
"waaah, calon kabogoh ieu mah!"
Suara-suara pun langsung pecah dan riuh membahana menyambut ada sosok cantik Dewira Cahaya Indah. Khususnya dari arah para cowok-cowok. Kalau yang cewek- ceweknya hanya diam, sambil melihat tingkah nora temen-temen cowoknya.
Ya Dewi sudah pindah sekolah SMPNnya ke SMPN di kecamatan Wangi, walau perjalanannya lebih jauh, tapi jam masuk sekolahnya pagi jadi selalu ada kedaraan umum angkutan desa kalau pagi. Â
Hari berlalu, di SMPN yang baru pun Dewi masih suka dibully, khususnya oleh anak-anak cowok. Pernah dikunci di toilet, Pernah dibacain surat cinta teman cowok beda kelasnya di depan kelas dan yang lainnya. Kenaikan kelas ke kelas 2 SMP pun sudah semakin dekat, dan akhirnya Dewi  naik tingkat ke kelas 2. Saat kelas 2 Dewi bertekad, mulai kelas 2 ini  jangan dibully, mereka harus bisa menghargai Dewi.
"Ya aku harus bangkit, gimana caranya biar kedepannya aku tidak di bully, dan jangan ada lagi pembullyan di kelas atau disekolah ku" gumam Dewi dalam hati.
"Pokoknya di kelas 2 aku harus bisa jadi ketua Kelas dan aku harus bisa memperlihatkan ke mereka aku bersinar prestasi dari pada teman-temannya" Â tekad itu benar-benar dikuatkan dalam diri Dewi. Akhirnya awal ajaran baru, saat pertemuan pertama dengan wali kelas barunya membentuk struktur kelas, Dewi langsung tunjuk tangan yang siap menjadi Ketua kelas, menjadi ketua kelas itu merupakan cita-cita Dewi . Pada akhirnya menjadi ketua kelas pun terwujud. Mulai saat itu Dewi bisa berdiri tegak dikelas atau diluar kelas, dia menjadi anak tangguh dan semakin berani siap menghalau pembullyan baik pada dirinya atau orang disekitarnya. Â Â
Pertengahan semester ganjil di kelas 2 SMP
  Dewi...!!, tau -- tau terdengar suara menggelegar dari Aan, Aan berlari lari sambil ngos-ngosan, sepertinya Aan habis berlari.
"Ada apa si Aan, teriak-teriak kaya kesetanan" kata Dewi.
"Itu loh di panggil Pak Nana, udah sana loh ke ruangan Guru, takut keburu dimarahin, kan loh tau diri kalau Pak Nana galak"
"aduuuh aya naon nya! Jadi takut kieu, jangan-jangan gara-gara kuring Kamari ketinggalan  PRna. Tapi pan Kamari oge geus dihukum kuring th, geuning angger dipanggil atuh".
"teu nyaho atuh, Dew, udah sana cepet pergi, temuin Pak Nana" kata Aan
Dewi langsung ke Ruang Guru, menemui Pak Nana, sambil dag dig dug, sesampainya di ruang guru dan ketemu Pak Nana, ternyata Pak Nana bukan mau memarahin Dewi, tapi Pak Nana meminta Dewi untuk ikut lomba baca Puisi di Radio Kaum Muda. Dewi awalnya menolak, tapi Pak Nana terus meyakinkan Dewi untuk ikut karena akan dilatih sama Pak Nana. Akhirnya Dewi menyetujui untuk ikut lomba puisi, dan di hari itu juga Dewi di latih oleh Pak Nana, Pak Nana guru Bahasa Indonesia melatih Dewi  dengan tegas tapi sangat telaten.
"Aku akan bertekad untuk latihan baca puisinya dengan sungguh-sungguh dan maksimal, ini adalah jalan terbaik untuk memperlihatkan pada sekolah kalau aku bukan hanya Juara 1 di kelas saja tapi aku juga bisa dan akan sukses di non akademik, supaya para pembully benar-benar  stop membully aku" dalam hati Dewi bicara.
Dan sampailah pada hari H-nya lomba, Dewi pun datang ke aula kepemudaan di Kota Kabupaten, di gedung pertemuannya.
Pengalaman pertama Dewi  tampil ikut lomba baca puisi di depan penonton dan Juri, hati Dewi  bener-bener berdebar tidak karuan, takut, malu menyatu jadi satu, dan menurut Dewi ini lebih takut dari saat dia di bully oleh pemuda-pemuda kampung atau teman-teman sekolahnya.
Akhirnya giliran Dewi  maju pun datang, saat itu Dewi berusaha sekuat hati untuk menenangkan hatinya. Dewi pun membacakan puisinya, semampu dia kuasai. setelah selesai Dewi  dan Pak Nana menunggu hasil pengumumannya.
"Juara Pertama adalaaah, Dewira Cahaya Indah dari SMPN 1 Wangi, selamat untuk Dewira, dipersilahkan untuk Dewira maju ke panggung" suara MC menggelegar. Dewi langsung berteriak gembira, bahkan Dewi langsung lari ke panggung, setelah minta izin ke Pa Nana.
Dewi bener-bener gembira, padahal Dewi tidak menyangka bakal juara karena saingannya banyak dan bagus-bagus, pas pengumuman juara dipembacakan  Dewi  sudah dag-dig-dug, saat dibacakan  pengumuman kejuaraan, juara harapan 3 lewat, harapan 2 lewat, harapan 1 lewat, nama Dewi tidak disebut, begitu pun juara 3 dan 2 nama Dewi lewat juga, ternyata nama Rara akan disebutkan pas juara 1. Pak Nana mengucapkan selamat buat Dewi.
"Bapak Bangga sama kamu Dew". Terimakasih  Bapak, saya lebih bangga pada Bapak, karena berkat dukungan dan pelatihan dari Bapak saya juara"
Dari kejuaraan tersebut rasa percaya diri Dewi semakin tinggi, jadi setiap ada lomba baca puisi Dewi ikut serta, sampai tingkat SMA dan kuliah, bahkan Dewi saat tingkat Kuliah mengikuti lombanya bukan hanya baca puisi saja tapi mengikuti lomba cipta dan baca Puisi, dan sudah beberapa kali Dewi juara. Tropi dan sertifikat sudah cukup banyak dimiliki oleh Dewi. Saat kuliah pun Dewi suka mengisi acara baca Puisi di wisudaan seniornya, atas permintaan rektornya, bahkan Dewi pernah membacakan puisi karya Bapak rektornya.
Saat ini Dewi  menjadi seorang guru di SMA Swasta, Dewi mengajar bahasa Asing, cita-cita menjadi guru sudah muncul saat Dewi jatuh cinta pada Puisi, ya memang Dewi  Cinta banget sama puisi, bahkan sehari-harinya kata-katanya penuh dengan puitis, karya-karya puisinya pun sudah banyak dan dibukukan, walau sekarang Dewi sudah jadi guru dan sudah tidak muda lagi, bahkan sudah mau punya anak-anak yang kuliah, tapi kalau ikut lomba baca puisi di hari guru, Dewi selalu juara pertama.
"Juara pertama adalah  Dewi Sensei yang kireiiiii...juara bertahan kita" suara menggelegar pun terdengar saat MC acara perayaan hari guru. Dewi sensei pun maju ke panggung untuk menerima hadiah dari Bapak Kepala Sekolah. Murid-murid yang menonton pun riuh tepuk tangan. Rasa ini tetap sangat ditunggu-tunggu oleh Dewi Sensei walau sudah beberapa kali merasakan juara.
Masa sekarang
Saat ini Dewi sensei sedang menulis puisi-puisi, sudah banyak puisi karya--karya Dewi sensei. Dewi sensei bisa begitu cinta dengan puisi sampai hidupnya pun penuh dengan kata-kata puitis keberhasilan ini hasil dukungan dan pembelajaran gurunya yaitu Pak Nana.
"Aku mencintai puisi karena mu Pak Nana" Dewi sensei berbicara dalam hatinya
"Terima kasih Pak Nana, aku mencintai puisi karena Bapak, kalau Bapak tidak memaksa saya untuk lomba baca Puisi, tidak mengajarkan saya saat itu tentu tidak akan tumbuh rasa cinta ini" Â sensei bergumam dalam hatinya.
"Semoaga almarhum Bapak Nana diterima Allah Swt, dilapangkan alam kubur Bapak, Aishiteru Pak Nana" Â Â
Dari awal Dewi menjadi guru sangat bertekad, dia harus menjadi penyemangat untuk murid-muridnya menjadi juara, walau Gurunya tidak juara, karena jadi guru itu tidak harus jadi juara tapi guru yang memberikan ilmu dan dukungan pada murid-muridnya untuk menjadi juara, menjadi pecinta budaya, pecinta bahasa dan lain-lain, bahkan  gurulah yang akan menjadikan adanya ahli-ahli puisi, novel, cerpen, menari, bernyanyi, menguasai berbagai bahasa, kesehatan dan yang lainnya.
Dewi yang sering dibully tetap bangkit tidak menjadi anak atau seorang yang pemurung
Salam Sayang selalu untuk Guru-guru ku tercinta
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H