Mohon tunggu...
Ratna Poetry
Ratna Poetry Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta kata

membaca dan menulis melalui sudut pandang.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ketika Tarawih Menyatukan Kita

2 April 2023   23:10 Diperbarui: 2 April 2023   23:32 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adzan selesai dikumandangkan melalui pengeras suara, iqamah pun mulai terdengar ketika beberapa anak usia SD hingga SMA memasuki masjid dengan riuhnya. Kiranya suara mereka akan menguap seiring jama'ah tarawih mulai mengikuti takbir imam. Sayangnya, candaan mereka acap mengganggu jama'ah lain, terutama ibu-ibu yang merasa terusik.

 Alhasil, teguran dan omelan dengan nada marah dilontarkan kepada anak-anak tadi.  Sementara aku melihatnya hanya bisa tersenyum lucu, mengingat kelakuan semasa kecil dulu.

Saat tarawih terkadang menjadi ajang untuk berkumpul dan saling berbagi kabar dengan teman sekampung. Keadaan di sekolah yang berhasil membuat lelah, seolah terbayar di waktu tarawih apalagi kalau ada makanan untuk dinikmati bersama. 

Maklum, sekolah kami yang berbeda menjadikan masjid sebagai tempat bersilaturahmi. Agar tidak mengganggu jama'ah lain, kami selalu mengambil shaf di teras masjid. Setelah makanan habis, barulah kami lanjutkan shalat setelah berwudlu kembali untuk memastikan tiada lagi sisa makanan di mulut.

Bagi anak usia  10 tahunan, tarawih dan witir sejumlah 23 rakaat terasa lama dan banyak sehingga kami sering beristirahat ;D. Jika ingin membela diri, mungkin bisa mengambil terjemahan tarawih yang secara harfiah berarti istirahat. Maksudnya, waktu istirahat tersebut mengacu pada shalat isya (empat rakaat) yang selesai dikerjakan sebelumnya.  

Hadits Abu Daud dan Turmudzi menyebutkan :"Siapa saja yang ikut shalat tarawih berjamaah bersama imam sampai selesai maka untuknya itu dicatat seperti shalat semalam suntuk."

Sementara dalam Kitab Durrotun Nashihin sebagaimana dilansir dari laman Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah-KTB menyebutkan 30 (tiga puluh) keutamaan shalat tarawih, sebagai berikut :

1. Pada malam pertama, keluarnya dosa orang mukmin. Sebagaimana riwayat Ali bin Abi Tholib RA, mengenai jawaban Nabi SAW tentang keutamaan tarawih :"Pada malam pertama keluarlah dosa orang mukmin (yang melakukan tarawih) sebagaimana ibunya melahirkan ia di dunia."

2. Pada malam kedua, diampuni dosa kedua orang tua yang mukmin.

3. Pada malam ketiga, dosanya diampuni Allah SWT.

4. Pada malam keempat, mendapat pahala seperti membaca Al-Qur'an.

5. Pada malam kelima, mendapat pahala seperti shalat di Masjidil Haram.

6. Pada malam keenam, mendapat pahala seperti orang yang thowaf di Baitul Makmur.

7. Pada malam ketujuh, ditolong dari serangan jahat.

8. Pada malam kedelapan, Allah SWT akan memberi anugerah seperti Nabi Ibrahim AS.

9. Pada malam kesembilan, ibadahnya seperti para Nabi.

10. Pada malam kesepuluh, Allah SWT akan memberi rezeki dunia dan akhirat.

11. Pada malam kesebelas, akan keluar dari dunia (mati) seperti orang baru dilahirkan.

12. Pada malam kedua belas, wajahnya akan bersinar seperti bulan purnama.

13. Pada malam ketiga belas, selamat dari segala macam keburukan.

14. Pada malam keempat belas, Allah SWT tidak menghisabnya di hari kiamat.

15. Pada malam kelima belas, para malaikat memintakan ampunan.

 16. Pada malam keenam belas, selamat dari neraka dan bebas masuk surga.

17. Pada malam ketujuh belas, mendapat pahala seperti para Nabi.

18. Pada malam kedelapan belas, mendapat ridho Allah SWT.

19. Pada malam kesembilan belas, diangkat derajatnya di surga firdaus.

20. Pada malam kedua puluh, mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid dan orang shaleh.

21. Pada malam kedua puluh satu, dibangunkan rumah di surga yang terbuat dari cahaya.

22. Pada malam kedua puluh dua, selamat dari kesusahan di hari kiamat.

23. Pada malam kedua puluh tiga, dibangunkan kota di dalam surga.

24. Pada malam kedua puluh empat, doanya dikabulkan Allah SWT.

25. Pada malam kedua puluh lima, dihilangkannya siksa kubur.

26. Pada malam kedua puluh enam, mendapatkan pahala selama 40 tahun.

27. Pada malam kedua puluh tujuh, dimudahkan melewati jembatan (syirathal mustaqiim).

28. Pada malam kedua puluh delapan, Allah SWT akan mengangkat 1.000 derajat baginya di surga.

29. Pada malam kedua puluh sembilan, mendapat 1.000 pahala ibadah haji.

30. Pada malam ketiga puluh, balasan surga.  

Demikian balasan bagi orang yang beribadah dengan penuh keimanan dan ketakwaan.

Barangkali semasa kecil dulu, kami lebih banyak candanya daripada khusyu beribadah. Akan tetapi, menyadari kedatangan Ramadan hanya satu kali dalam setahun, sama halnya dengan tarawih yang terdapat di dalamnya. Jadi, kami selalu menikmati Ramadan sebagai momen paling dinanti. Aku mengingat Ramadan sebagai bulan teristimewa, terdapat ampunan Allah SWT dan pahala berlipat ganda. Kemurahan Allah SWT tersebut mengingatkan pula agar mudah memberi maaf selama Ramadan.

Suatu waktu salah seorang teman tiba-tiba diam seribu bahasa disertai pipinya mengembung.

"Kamu kenapa Sar?" tanyaku pada Saroh yang merasa aneh.

"Nggak apa-apa, cuma kesel aja." jawabnya dengan nada jutek.

"Kesel sama saya!" timpalku tersinggung.

"Sama Reni, bukan sama kamu."

Reni pun sadar jika perkataannya siang tadi menyinggung Saroh dan merasa tidak enak hati. 

"Maaf ya Sar. Omongan yang tadi nggak ada maksud menghina, cuma candaan aja kok." sesal Reni seraya ingin menjabat tangan Saroh.

"Yaudah saya maafin, biar puasanya afdhol. Tapi jangan ulangin lagi ya?" ujar Saroh sambil menerima uluran tangan Reni.  

Memang akan terasa mengganjal bila dalam hati tersimpan salah yang barangkali tidak disadari. Apalagi hampir setiap hari kami bertemu dan berdekatan, jadi tentu akan lebih baik kalau semakin cepat berbaikan. 

Dalam pikiran kami saat itu, tarawih merupakan waktu tepat untuk bertemu satu sama lain dan mengatur strategi permainan usai tarawih. Sepulang dari masjid, kami biasanya bertemu kembali di tempat yang telah disepakati untuk melakukan aneka permainan seperti : petak umpet, senapan air, lompat tali, kembang api, engklek, congklak, bola bekel maupun lainnya. 

Setelah malam terasa semakin gelap dan sunyi, permainanpun kami akhiri dengan perjanjian untuk bertemu kembali saat shalat subuh di masjid. Dengan demikian, malam ramadan hari itu kami akhiri dengan tenang, senang dan melelahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun