Meski memiliki potensi besar, kerajinan tanah liat juga menghadapi berbagai tantangan, seperti:
- Minimnya regenerasi: Banyak generasi muda yang kurang tertarik untuk menjadi pengrajin karena menganggap profesi ini kurang menjanjikan.
- Persaingan dengan produk industri: Kerajinan tanah liat bersaing dengan produk-produk massal yang lebih murah dan cepat diproduksi.
- Akses pasar: Tidak semua pengrajin memiliki akses ke platform pemasaran digital untuk menjual produknya.
Harapan untuk Masa Depan
Untuk menjaga keberlanjutan kerajinan tanah liat, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pengrajin, dan masyarakat. Program pelatihan, pameran seni, serta promosi melalui media sosial dapat membantu memperluas pasar dan menarik minat generasi muda.
"Kami berharap generasi muda mau belajar dan melanjutkan tradisi ini. Kerajinan tanah liat adalah warisan yang tidak hanya bernilai seni, tetapi juga menghidupi banyak keluarga," ujar Pak Sugeng.
Kesimpulan
Kerajinan tanah liat adalah simbol dari ketahanan tradisi di tengah derasnya arus modernisasi. Dengan inovasi yang terus dilakukan, kerajinan ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi bagian penting dari gaya hidup modern.
Dengan membeli dan mendukung produk kerajinan tanah liat, kita turut melestarikan budaya, memperkuat ekonomi lokal, dan menjaga lingkungan. Jadi, bagaimana pendapat Anda? Sudahkah Anda mendukung kerajinan tanah liat lokal? Yuk, bagikan cerita dan pengalaman Anda di kolom komentar!
RASYID ALIF SHAPUTRA
PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI ISI SURAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H