Mohon tunggu...
Rasya Ihza Maulavi
Rasya Ihza Maulavi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Jakarta, tertarik dengan kajian internasional dan hal-hal otomotif

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Cyber Arms Races: Ancaman Era Digital

9 Mei 2023   03:15 Diperbarui: 9 Mei 2023   03:22 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Senjata siber pada awalnya ditujukan untuk keperluan defensif, sebagai respon dari perkembangan teknologi digital. Pemerintah negara-negara dunia berinvestasi untuk mengembangkan teknologi siber untuk menjamin keamanan infrastruktur, jaringan keamanan nasional dari ancaman serangan siber. Namun, teknologi siber yang mudah digunakan dan dapat dioperasikan dengan biaya yang murah, pemerintah dan actor-aktor lainnya beralih menggunakan teknologi siber sebagai senjata ofensif. Tren pengembangan senjata siber offensif diprediksikan terus meningkat hingga mencapai 39% dari negara-negara dunia sebagai pengguna pada 2027 dan akan terus meningkat.

Dampak perlombaan senjata siber terhadap stabilitas dunia internasional sangat signifikan. Serangan dunia maya dapat merusak infrastruktur penting, seperti jaringan listrik dan sistem keuangan. Serangan-serangan ini dapat mengganggu perekonomian dan menyebabkan kepanikan yang meluas. Seperti pada 2021, terjadi serangan siber terhadap Colonial Pipeline, perusahaan yang menyuplai sekitar 45% dari bahan baka wilayah East Coast Amerika Serikat. Serangan siber tersebut mengganggu pasokan gas selama beberapa hari. Harga pasar bensin meningkat tajam secara nasional sebesar USD 3 per gallon, dan empat negara bagian Amerika Serikat menyatakan keadaan darurat. Juga pada 2017, Peretas Russia yang bekerja dibawah pemerintah Russia melancarkan serangan untuk menghancurkan pabrik petrokimia Saudi Arabia. Mereka menonaktifkan fitur keamanan pabrik menggunakan malware berjenis Triton, yang berdampak besar bagi kerusakan sistem.

Penggunaan senjata siber dalam konflik ataupun masa damai dapat menimbulkan bencana, dan penggunaannya di medan perang menjadi kenyataan. Penggunaan teknologi siber dalam kegiatan spionase, dengan menggunakan koneksi satelit untuk mengumpulkan data sensitif suatu pihak menjadi ancaman serius bagi stabilitas politik internasional. Bocornya data sensitive akan memicu pergolakan antar-negara pelaku dan korban, mendekatkan dunia kepada perang yang tiada habisnya. Sejak 2016, NATO mengakui domain siber sebagai dimensi peperangan kelima setelah darat, udara, laut dan ruang angkasa. Hal ini menggambarkan bahaya dari senjata siber. Cyber Arms Races menjadi tren yang dapat mendekatkan negara-negara kepada ancaman serangan siber, yang dapat berdampak besar terhadap stabilitas dunia internasional.

Mitigasi cyber arms races

Solusi yang akan muncul paling pertama adalah peningkatan kekuatan siber. Untuk dapat bertahan dari serangan siber, diperlukan pertahanan siber yang kuat, membangun kekuatan defensif yang kokoh untuk melindungi infrastruktur esensial dan data sensitif, atau membangun kekuatan offensif untuk merespon serangan dari negara lainnya. Solusi ini paling banyak digunakan, melihat peningkatan tren senjata siber di dunia. Namun, solusi tersebut tidak akan mencegah terjadinya konflik, melainkan akan memicu semakin banyak konflik terjadi.

Untuk mengurangi terjadinya perlombaan senjata siber, negara-negara dunia perlu bekerja sama untuk meregulasi pengembangan dan penggunaan teknologi siber. Negara-negara perlu bersepakat untuk membuat peraturan, norma dan standar penggunaan teknologi siber, untuk mencegah penggunaannya sebagai senjata offensif, dan disetujui oleh negara-negara dunia. Negara-negara dunia perlu membuat suatu forum yang berfokus pada mitigasi pengembangan senjata siber offensif sebagai bentuk komitmen dunia internasional pada mitigasi marabahaya oleh senjata siber. Forum in juga menjadi forum Kerjasama bagi negara-negara dunia untuk membangun kekuatan defensif, dan sebagai forum tolong-menolong dalam kasus serangan siber salah satu negara anggota forum.

Kesimpulan

Meningkatnya tren cyber arms races merupakan tantangan yang signifikan bagi komunitas internasional. Negara-negara membutuhkan pendekatan keamanan baru yang mempertimbangkan karakteristik unik dunia siber. Negara harus bekerja sama untuk menetapkan norma, aturan, dan standar untuk perilaku dunia siber. Bentuk Kerjasama negara-negara dalam membangun kemampuan pertahanan dan teknologi alternatif untuk mengurangi dampak serangan dunia siber sangat diperlukan. Kegagalan untuk mengatasi tantangan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dan konflik dalam komunitas global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun