Mohon tunggu...
Rastiwati
Rastiwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1

Menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional

18 Januari 2025   02:07 Diperbarui: 18 Januari 2025   02:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional merujuk pada kesulitan atau hambatan yang dialami individu dalam mengembangkan keterampilan sosial, emosional, atau perilaku yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan mengelola perasaan diri. Gangguan ini dapat muncul pada berbagai tahap perkembangan, dari masa bayi hingga dewasa, dan dapat mempengaruhi kehidupan sosial, akademik, serta kesejahteraan emosional seseorang. Beberapa faktor yang menyebabkan gangguan ini antara lain keturunan genetik, trauma, pengaruh lingkungan, atau interaksi yang tidak sehat dengan pengasuh atau teman sebaya.

Berikut ini adalah beberapa gangguan dalam perkembangan sosial-emosional yang dapat dialami oleh individu:

1. Gangguan Perilaku Sosial (Social Behavioral Disorders)

   Gangguan ini mencakup kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, baik dalam konteks sosial maupun emosional. Anak-anak atau individu dengan gangguan perilaku sosial seringkali memiliki masalah dalam memahami norma-norma sosial, menunjukkan empati, atau mengelola konflik dengan teman-teman dan keluarga.

   - Gangguan Perilaku Oppositional Defiant Disorder (ODD): ODD adalah gangguan di mana individu, biasanya anak-anak, menunjukkan pola perilaku membangkang, mudah marah, dan konfrontatif terhadap otoritas (misalnya orang tua atau guru). Mereka mungkin sering kali melawan aturan, sulit mendengarkan instruksi, dan sering berperilaku agresif.

   

   - Gangguan Conduct (Conduct Disorder): Ini adalah gangguan yang lebih serius daripada ODD, di mana individu menunjukkan perilaku yang melanggar hak orang lain, seperti agresi fisik, kebohongan, pencurian, dan penghancuran properti. Anak-anak atau remaja dengan gangguan ini kesulitan membangun hubungan yang sehat dan cenderung terlibat dalam perilaku antisosial.

2. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

   Gangguan kecemasan sosial terjadi ketika individu merasa cemas atau takut berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam situasi sosial atau di hadapan orang banyak. Rasa takut ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk membentuk hubungan sosial atau berfungsi secara efektif di lingkungan sosial.

   - Ciri-ciri: Individu dengan gangguan kecemasan sosial seringkali merasa cemas tentang penilaian negatif dari orang lain, sehingga mereka cenderung menghindari interaksi sosial atau situasi yang melibatkan banyak orang. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, termasuk di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan sosial.

3. Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD)

   Autism Spectrum Disorder adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan berperilaku secara fleksibel. Individu dengan ASD mungkin kesulitan dalam memahami ekspresi emosional orang lain, serta menunjukkan perilaku repetitif dan minat yang terbatas.

   - Ciri-ciri: Anak dengan autisme mungkin tidak menunjukkan kontak mata yang tepat, kesulitan memahami perasaan orang lain, atau memiliki keterlambatan dalam perkembangan bicara. Mereka mungkin juga memiliki rutinitas yang sangat kaku dan merasa tidak nyaman dengan perubahan.

4. Gangguan Afektif atau Emosional (Mood Disorders)

   Gangguan emosional, seperti depresi dan gangguan bipolar, dapat mempengaruhi perkembangan sosial-emosional seseorang, karena perasaan kesedihan, kehilangan minat, atau perubahan mood yang drastis dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain atau mengelola emosi mereka dengan sehat.

   - Depresi: Individu dengan depresi sering kali merasa sedih, tidak bersemangat, dan kesulitan berhubungan dengan orang lain. Mereka mungkin menarik diri dari aktivitas sosial, kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang biasanya menyenangkan, dan merasa putus asa tentang masa depan mereka.

   - Gangguan Bipolar: Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan mood yang ekstrim antara episode mania (perasaan euforia, berenergi tinggi, dan impulsif) dan depresi (perasaan sangat sedih, tidak bersemangat). Perubahan mood ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berinteraksi sosial dan menjaga hubungan yang stabil.

5. Gangguan Attachment (Attachment Disorders)

   Gangguan attachment terjadi ketika seorang anak mengalami hubungan yang tidak aman atau terganggu dengan pengasuh utamanya, biasanya karena pengabaian, trauma, atau perpisahan. Gangguan ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain sepanjang hidup mereka.

   - Gangguan Attachment Terputus (Reactive Attachment Disorder): Anak-anak dengan gangguan ini mungkin menunjukkan sikap dingin, tidak peduli, atau sulit membangun hubungan emosional dengan orang lain. Mereka cenderung memiliki kesulitan besar dalam mempercayai orang dewasa atau menunjukkan kasih sayang.

   

   - Gangguan Attachment Disinhibisi (Disinhibited Social Engagement Disorder): Anak-anak dengan gangguan ini mungkin terlalu mudah mempercayai orang yang tidak mereka kenal, yang bisa mengarah pada perilaku yang sangat tidak hati-hati dalam hubungan sosial.

6. Gangguan Identitas Sosial (Identity Disorders)

   Gangguan identitas sosial berkaitan dengan kebingungan tentang siapa diri individu dan bagaimana mereka seharusnya berinteraksi dengan dunia sekitar. Gangguan ini seringkali muncul selama masa remaja, ketika individu sedang mencoba memahami peran sosial dan emosional mereka.

   - Disosiasi Identitas (Dissociative Identity Disorder - DID): Individu dengan DID memiliki dua atau lebih identitas yang terpisah, yang masing-masing memiliki cara berpikir, merasa, dan berperilaku yang berbeda. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh trauma masa kecil dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengelola hubungan sosial dengan cara yang stabil dan konsisten.

7. Gangguan Perkembangan Emosional (Emotional Development Disorders)

   Gangguan perkembangan emosional dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengenali, memahami, dan mengatur perasaan mereka. Gangguan ini sering kali terjadi pada anak-anak atau remaja, tetapi bisa berlanjut hingga dewasa.

   - Keterlambatan dalam Pengaturan Emosi: Beberapa anak atau individu mungkin mengalami kesulitan mengelola perasaan mereka, seperti marah, frustasi, atau kecemasan. Mereka mungkin menunjukkan ledakan emosi atau perilaku yang tidak sesuai dengan situasi sosial, yang mempengaruhi hubungan interpersonal mereka.

 Faktor Penyebab Gangguan dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk gangguan dalam perkembangan sosial-emosional antara lain:

1. Genetik: Beberapa gangguan sosial-emosional dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana individu yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tertentu lebih rentan mengalami kondisi yang sama.

2. Pengalaman Awal dan Trauma: Pengalaman trauma, seperti pengabaian, kekerasan, atau kehilangan orang tua, dapat mengganggu perkembangan emosional dan sosial seorang anak, yang berpotensi menyebabkan gangguan jangka panjang.

3. Kondisi Lingkungan: Lingkungan sosial yang tidak mendukung, ketegangan keluarga, atau kekerasan rumah tangga dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan sosial-emosional.

4. Penyakit atau Gangguan Kesehatan Mental: Beberapa gangguan medis atau masalah kesehatan mental yang tidak diobati dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengelola emosi dan berinteraksi secara sosial.

 Penanganan dan Intervensi

Penanganan gangguan dalam perkembangan sosial-emosional biasanya melibatkan pendekatan terapi yang meliputi:

1. Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy - CBT): Terapi ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir atau perilaku negatif yang mempengaruhi emosi dan hubungan sosial mereka.

2. Terapi Keluarga: Untuk gangguan yang melibatkan dinamika keluarga, seperti gangguan perilaku, terapi keluarga dapat membantu memperbaiki komunikasi dan hubungan antara anggota keluarga.

3. Intervensi Pendidikan: Anak-anak dengan gangguan perkembangan sosial-emosional seringkali memerlukan dukungan khusus di sekolah untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik.

4. Dukungan Sosial: Memberikan dukungan sosial dari teman-teman, keluarga, dan komunitas dapat membantu individu yang mengalami gangguan sosial-emosional untuk merasa lebih diterima dan mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi dengan lebih efektif.

 Kesimpulan

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional dapat memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan individu. Pengalaman yang kurang mendukung, baik dalam keluarga, lingkungan sosial, maupun pengalaman trauma, dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang sehat dan mengelola perasaan mereka. Dengan pemahaman yang tepat dan dukungan yang sesuai, gangguan-gangguan ini dapat dikelola atau diatasi, memungkinkan individu untuk berkembang secara sosial dan emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun