Di kepalaku tengah mengalir sebuah anak sungai
Kecipaknya tidak deras juga tidaklah tenang
Namun masih terdengar lirih,
Lirih yang mendatangkan kenangan kenangan.
Ketika memasuki permulaan malam
Dikepalaku sering terjadi hujan badai
Kecamuk rintik nya sangat mengganggu
Cukup memaksa untuk memeluk diri sendiri.
Selepas pertengahan malam
dikepalaku kerap kali berlangsung sebuah peperangan,
Derap langkah, pekik dan juga ronta para serdadu
Memaksaku terjaga, mencari cari sesuatu
Untuk dikerjakan.
Kau mendekat dengan secangkir teh panas,
Karena tahu lambungku tercabik
Lantaran terlalu banyak meneguk kafein.
Dikepalaku, bayang punggung mu pun buram
Dikau meracau dan meminta sesuatu hal padaku
Sebentar, perlahan mata ku buka
dan kudapati diri seorang. Nyatanya, pagi telah menggerayangi.
Ku melangkah dan bergegas mengambil
Gelas dan kopi,
Selepas menuang air panas
Sebuah bayang senyum tertoreh
Di pekat hitamnya kopi.
Kepalang, aku merindu.
Pagi/Jam Kantor, 22-10-2018