Ini sekedar berbagi pengalaman terkait maraknya pencucian otak yang dilakukan oleh Negara Islam Indonesia. Semoga tulisan ini membuat kita lebih waspada terhadap ajakan, rayuan, bahkan embel-embel syurga oleh orang-orang NII yang sekarang muali merangsek ke mahasiswa dan eksekutif muda.
Pada tahun 1995-an ketika saya masih duduk di sekolah Dasar. Kedua kakak saya yang perempuan merantau ke Jakarta. Mereka berdua mendapatkan kerja di Pabrik pembuatan sendok-garpu dan pabrik pensil STAEDLER di kawasan Jakarta Utara. Pada tahun 2001, saya datang ke Jakarta untuk berlibur. Karena liburnya sekitar 2 minggu, saya pun asyik di Jakarta. Menginap di kontrakan kakak saya yang perempuan.
Pertama datang tidak ada yang aneh memang. Bahkan saya seperti biasa menyaksikan kakak saya mengaji, tetapi ada sedikit yang mengganjal, yaitu kakak saya tidak melaksanakan sholat lima waktu (?).
Selang beberapa hari di Jakarta, ada seorang perempuan yang ternyata kakaknya mengikuti ajaran Negara Islam Indonesia (NII), namanya Aminah, asal Sidoarjo Jawa Timur. Dari dialah aku kemudian tahu kalau kedua kakakku mengikuti ajaran sesat NII! Cerita panjang lebar dengan Aminah, membuat aku tak gentar menghadapi ajakan para petinggi NII.
Hampir setiap hari kontrakan kakakku didatangi oleh orang-orang NII. Aku tahu kalau kakakku sudah diracuni oleh NII. Bekerja bertahun-tahun, tidak pernah mengirim uang ke orang tua. Sampai-sampai ibuku gemas bahkan kalau ibu cerita soal kedua kakakku, dia hampir menangis. Aku selalu menyebut kedua kakakku itu ANAK DURHAKA! Karena saking jengkelnya.
Berlanjut, masih di Jakarta, suatu malam, petinggi-petinggi NII masuk kamar dan mulai mengajak aku. Mereka menyiapkan Al-Quran dan mulai menceramahi aku dengan ayat-ayat. Menyiapkan papan tulis (white board). Tapi saying, meski aku lugu waktu itu dan sifatku yang keras kepala dan tidak percaya dengan aliran NII meskipun kedua kakakku telah dibaiat bertahun-tahun. Aku tetap saja menolak. Berikut percakapan yang pernah aku ingat pada tahun 2001-an:
Ketua Baiat: "Rasno ingin masuk syurga tidak?"
Saya : "Setiap orang tentu ingin masuk surga" jawabku singkat.
Ketua Baiat : "Tapi belum tahu kan bagaimana caranya masuk surga?"
Saya : ...... diam saja sambil menunduk, karena kata Aminah jangan sekali-kali pandangi matanya, karena akan terhipnotis.
Ketua Baiat : "Mau tidak masuk syurga? Kalau mau nanti kami baiat dan nama kamu diganti dengan nama yang Islami,
Saya : (karena telingaku sudah mulai panas dan gondok kalau itu aliran sesat....maka...jawabku simpel. "Saya tidak mau masuk syurga dengan cara NII!"
Ketua Baiat : "Kamu ini keras kepala! Kalau begitu kita doakan saja biar kamu masuk neraka!"
Dasar aku yang keras kepala, aku pun tetap menolak dan dengan entengnya mengatakan, "Silakan".
* **
Setelah itu, aku pun jadi tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh mereka. Keluar masuk orang yang ada di kamar kakakku, aku sedikit tahu siapa-siapa saja yang terlibat. Ternyata, tetanggakau yang sama-sama merantau juga direkrut juga dan harus membayar sodakoh setiap bulan. Tetanggaku yang hanya bekerja di konveksi di kawasan Kopi Jakarta utara harus merelakan tidak mengirimkan uang sepersen pun kepada keluarga di kampong.
Karena aku masih liburan sekolah, jadi kegiatanku sehari-hari cuma makan-tidur dan makan-tidur. Tentu berbagi cerita tentang sodara-sodara kita yang terseret NII. Aminah selalu bercerita, dia selalu menolak ketika diajak untuk dibaiat, bahkan kakakknya sendiri pernah mengatakan kalau Aminah itu sudah kaya orang kafir tidak mau dibaiat (Astaghfirullah....).
Cerita banyak soal gerak-gerik NII di Jakarta saat itu, akhirnya akupun menjadi 'intel' bagi kedua kakakku. Kakakku selalu meluangkan waktu untuk pengajian bersama NII dengan membawa Al-Qur'an tentu dengan memakai jilbab, padahal kakakku ngga pakai jilbab, dia pakai jilbab kalo mau ke forum NII saja.
Pada tahun 2002, kakaku yang perempuan mengalami masalah pada kandungannya, akhirnya masuk rumah sakit di Tangerang. Berhubung hanya aku yg tahu tinggalnya di daerah Ciledug, Tangerang, akkhirnya aku yang harus mengurusnya.
Alhamdulillah keadaanya dari hari ke hari semakin surut bahkan makin sakit-sakitan. Akhirnya, keluarga pun berinisiatif untuk membawanya pulang dan berobat di rumah. Dengan senang hati, aku bias lebih memantau dan mengembalikkan kepada keimanan yang sebenarnya. Dari sakit-sakitan itulah, kakakku sudah berangsur sadar. Sudah melakukan sholat lima waktu, puasa Ramadhan (dengan tidak mendahului saat berbuka puasa seperti yg dilakukan olehnya saat di NII). Lebih sering sholat dhuhah (di NII tidak ada sholat Dhuhah, sholat Jumat saja tidak wajib bagi laki-laki, termasuk sholat Idul Fitri/Idul Adha).
Selama sakit dan menjalani masa sembuh, kakakku juga sudah mulai melaksanakan sholat Idul Fitri di lapanangan bersama keluarg (padahal sebelum-sebelumnya tidak pernah dilakukan).
Pada Ramadhan tahun 2003, kakakku menghembuskan nafas terakhir dan dalam keadaan berpuasa saat itu di rumah sakit. Aku cukup lega karena dia meninggal dengan khusnul khotimah. (Semoga Allah senantiasa mengampuni segala dosa-dosa yang dilakukannya selama di NII).
Kegelisahanku tidak cukup sampai disitu. Kakakku yang satunya lagi masih terjerat oleh NII dan harus membayar sodaqoh setiap bulannya, sementara anak-anakya terbengkalai. Setiap ada berita NII, aku selalu mengingatkan bahwa NII itu sangat sesat dan menyesatkan. Saat ini kakakku sudah memiliki 3 orang anak, Alahmdulillah sudah mulai sadar (dan mulai melaksanakan sholat lima waktu), dan anak-anaknya disekolahkan di Madrasah di Ciledug.
Aku selalu sharing terkait NII, karena masih banyak teman-temannya yang terjerat dan kakakku sudah merasa tertipu. Dulu, orang-orang yang masuk NII selalu diiming-imingi akan diberikan fasilitas berupa sekolah gratis apabila kelak anak-anaknya masuk sekolah di Pondok Pesantren Al-Zaitun yang ada di Indramayu. Kakakku juga selalu dibawakan majalah Al-Zaitun yang sisinya memuja-mija Panji Gumilang (Semoga kelak jadi batu neraka! Amin), yang merupakan ketua Al-Zaitun.
Kakakku sering cerita tujuan utamanya adalah agar terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan beralih ke Negara Islam. NII dalam perjalanannya menggunakan cara-cara HARAM. Anggotanya diperbolehkan (bahkan wajib) mencuri atau merampok harta orang di luar NII.
Berikut ciri-ciri dan tips tidak terbujuk oleh NII:
1. Orang-orang NII tidak berbeda secara siginifikan dengan orang yang bukan NII. Hannya saja dia lebih tertutup/ tertekan.
2. Selalu membicarakan tentang agama Islam, syurga dan neraka, serta bagimana caranya masuk syurga.
3. Orang-orang NII tidak memakai jilbab secara umum, hanya ad abeberapa saja. Kalaupun ada dia pakai jilbab karena sudah dari awal sebelum masuk NII.
4. Orang-orang NII selalu menawarkan tentang penebusan dosa dengan membayar Shodaqoh semampunya. Biasanya barang-barang berharga sebagai jaminannya.
5. Biasanya korban dengan keadaan tidak sadarkan diri memberikan barang-barang yang bias untuk jaminan masuk surga.
Sekedar berbagi, bagi pembaca yang ingin bertanya lebih dalam bisa melalui email: rasno.86@gmail.com. Ingat ini sekedar sharing dan semoga kita tidak terjerumus dan tidak tercuci otaknya oleh kebiadaban NII.
Phone: 0857 2641 7702
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H