Mohon tunggu...
Rasno Shobirin
Rasno Shobirin Mohon Tunggu... -

Cuma anak nelayan, Kampunglaut, Pulau Nusakambangan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Pribadi Dekat dengan Negara Islam Indonesia/NII (Bagian 1)

20 April 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya : (karena telingaku sudah mulai panas dan gondok kalau itu aliran sesat....maka...jawabku simpel. "Saya tidak mau masuk syurga dengan cara NII!"

Ketua Baiat : "Kamu ini keras kepala! Kalau begitu kita doakan saja biar kamu masuk neraka!"

Dasar aku yang keras kepala, aku pun tetap menolak dan dengan entengnya mengatakan, "Silakan".

* **

Setelah itu, aku pun jadi tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh mereka. Keluar masuk orang yang ada di kamar kakakku, aku sedikit tahu siapa-siapa saja yang terlibat. Ternyata, tetanggakau yang sama-sama merantau juga direkrut juga dan harus membayar sodakoh setiap bulan. Tetanggaku yang hanya bekerja di konveksi di kawasan Kopi Jakarta utara harus merelakan tidak mengirimkan uang sepersen pun kepada keluarga di kampong.

Karena aku masih liburan sekolah, jadi kegiatanku sehari-hari cuma makan-tidur dan makan-tidur. Tentu berbagi cerita tentang sodara-sodara kita yang terseret NII. Aminah selalu bercerita, dia selalu menolak ketika diajak untuk dibaiat, bahkan kakakknya sendiri pernah mengatakan kalau Aminah itu sudah kaya orang kafir tidak mau dibaiat (Astaghfirullah....).

Cerita banyak soal gerak-gerik NII di Jakarta saat itu, akhirnya akupun menjadi 'intel' bagi kedua kakakku. Kakakku selalu meluangkan waktu untuk pengajian bersama NII dengan membawa Al-Qur'an tentu dengan memakai jilbab, padahal kakakku ngga pakai jilbab, dia pakai jilbab kalo mau ke forum NII saja.

Pada tahun 2002, kakaku yang perempuan mengalami masalah pada kandungannya, akhirnya masuk rumah sakit di Tangerang. Berhubung hanya aku yg tahu tinggalnya di daerah Ciledug, Tangerang, akkhirnya aku yang harus mengurusnya.

Alhamdulillah keadaanya dari hari ke hari semakin surut bahkan makin sakit-sakitan. Akhirnya, keluarga pun berinisiatif untuk membawanya pulang dan berobat di rumah. Dengan senang hati, aku bias lebih memantau dan mengembalikkan kepada keimanan yang sebenarnya. Dari sakit-sakitan itulah, kakakku sudah berangsur sadar. Sudah melakukan sholat lima waktu, puasa Ramadhan (dengan tidak mendahului saat berbuka puasa seperti yg dilakukan olehnya saat di NII). Lebih sering sholat dhuhah (di NII tidak ada sholat Dhuhah, sholat Jumat saja tidak wajib bagi laki-laki, termasuk sholat Idul Fitri/Idul Adha).

Selama sakit dan menjalani masa sembuh, kakakku juga sudah mulai melaksanakan sholat Idul Fitri di lapanangan bersama keluarg (padahal sebelum-sebelumnya tidak pernah dilakukan).

Pada Ramadhan tahun 2003, kakakku menghembuskan nafas terakhir dan dalam keadaan berpuasa saat itu di rumah sakit. Aku cukup lega karena dia meninggal dengan khusnul khotimah. (Semoga Allah senantiasa mengampuni segala dosa-dosa yang dilakukannya selama di NII).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun