Mohon tunggu...
Rasikhah Ula Q. A.
Rasikhah Ula Q. A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesejahteraan Keluarga Petani pada Single Earner Family

26 April 2023   22:22 Diperbarui: 27 April 2023   21:38 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ponorogo.go.id

Pada tahun 2002, total penduduk miskin di Indonesia separuhnya berprofesi sebagai petani yang tinggal di pedesaan. Lalu, pada tahun 2003, tercatat bahwa jumlah keluarga petani sebanyak 24,3 juta dan 20 juta diantaranya termasuk ke dalam kategori keluarga miskin. Penyebab kemiskinan pada keluarga petani tersebut tidak lain dan tidak bukan dikarenakan oleh pengelolaan sumber daya manusia pada keluarga yang tidak maksimal. Dalam memanajemen sumber daya keluarga diperlukan ketelitian dan perencanaan yang dipersiapkan dengan waktu yang tidak sebentar.

Manajemen sumber daya keluarga

Umumnya dalam struktur keluarga petani di pedesaan yang menjadi tulang punggung keluarga adalah sang suami atau ayah, sementara istri atau ibu menjadi ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan domestik rumah tangga seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci, ataupun mengasuh dan merawat anak. 

Keluarga seperti itu biasa disebut dengan single earner family atau keluarga yang memiliki penghasilan tunggal. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sang istri juga turut membantu pekerjaan suami untuk bekerja di sawah atau ladang.

Seperti yang ditulis dalam penelitian Agustina (2016) bahwa pekerjaan istri atau ibu pada keluarga petani yang tidak bekerja berkaitan dengan menyediakan kebutuhan pangan anggota keluarga, mendidik dan menjaga anak, serta mengatur kebutuhan di dalam rumah tangga. 

Namun tidak hanya itu, peran istri dari keluarga petani yang tinggal di pedesaan juga berperan untuk membantu sang suami dalam hal memilih bibit tanaman terbaik yang akan digunakan dalam bertani hingga musim panen datang.

Selain istri, anak dari keluarga petani yang tinggal di pedesaan juga memiliki peran yang tidak kalah penting dari sang ibu. Anak-anak dari keluarga petani sering kali ikut membantu pekerjaan orang tuanya, khususnya sang ayah yang bekerja dalam bidang pertanian, mulai dari memupuk tanaman, menyemprotkan hama, dan menanam padi sehingga pekerjaan yang dikerjakan menjadi lebih cepat selesai dan hasil yang didapatkan menjadi lebih maksimal.

Mengapa anak-anak tersebut mau melakukan hal itu? Sebab menurut Gandhi (2016), anak yang berasal dari keluarga petani yang tinggal di pedesaan memiliki keinginan yang cukup kuat dari diri mereka sendiri untuk membantu pekerjaan orang tuanya di bidang pertanian Mereka memiliki pemikiran bahwa pekerjaan ayahnya sebagai petani adalah pekerjaan yang terhormat. Selain itu, mereka juga ingin membantu mengurangi beban pekerjaan orang tuanya.

Dari hal tersebut dapat terlihat bagaimana pembagian peran di dalam keluarga.  Apakah ada kerja sama yang baik antara suami, istri, dan anak dalam mengelola sumber daya? Karena dengan adanya pembagian peran yang adil diantara anggota keluarga, maka akan tercipta keluarga yang sejahtera, baik dalam hal finansial maupun kesejahteraan lahir dan batin. Juniarti (2008) menyebutkan bahwa pembagian peran di dalam keluarga tidak terlepas dari tahapan perkembangan siklus hidup keluarga.

Kesejahteraan keluarga

Jika dilihat secara garis besar, maka dapat dikatakan bahwa keluarga petani yang tinggal di pedesaan merupakan single earner family atau keluarga yang berpenghasilan tunggal. 

Penghasilan yang didapat hanya dari sang suami yang bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, apabila disangkutpautkan dengan kesejahteraan, maka hasilnya akan sangat bergantung dari satu anggota saja. Namun, kesejahteraan keluarga tidak dilihat dari sisi ekonomi saja. Terdapat tujuh dimensi kesejahteraan yang dapat diukur di dalam keluarga.

Dalam pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keluarga petani yang tinggal di pedesaan, kehidupannya sangat bergantung pada hasil panen dan hasil panen tersebut bergantung pada modal usaha yang digunakan. 

Dibuktikan dengan penelitian Wanimbo (2019) bahwa permodalan dalam usaha tani merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan oleh pelaku usaha tani, karena jika modal usaha tani yang ditanamkan rendah, maka akan memengaruhi tingkat produktivitas bagi usaha tani tersebut.

Bagaimana hal tersebut dapat diatasi? Jika dilihat dari sisi pendidikan, maka para petani yang tinggal di pedesaan harus mendapatkan pelatihan lebih lanjut mengenai teknik-teknik pertanian yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hasil pertaniannya. Dari sisi pemerintah, pemerintah dapat memberikan modal usaha berupa benih unggul ataupun alat-alat pertanian yang lebih modern.

Penulis: Alifia Sasky Zahrani (I2401211084), Rasikhah Ula Qurrota Aina (I2401211085), Fatimah Azzahra (I2401211086), Qanita Indriani Setiono (I2401211087), Rahdya Mauldina (I2401211088)

Dosen pengajar: Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi. dan Irni Rahmayani Johan, SP., MM., PhD., Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun