Mohon tunggu...
Muhammad Rasyad Firdaus
Muhammad Rasyad Firdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penuntut Ilmu

Senang membaca, menulis, kuliner, dan travelling. Lulusan Madrasah Aliyah Al-Ma'tuq tahun 2024. Kelahiran Madiun 26 Juni 2006. Saat ini sedang berjuang untuk mengharap ridha Allah dan kedua orang tua, juga meraih masa depan dunia dan akhirat yang bahagia dan tenang atas izin Allah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Giliran Manusia Percaya, Giliran Allah Kok Enggak?

26 Oktober 2024   21:13 Diperbarui: 27 Oktober 2024   08:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/free-ai-image/

Akhir-akhir ini kita dapat menemukan banyak berita atau kejadian di antara umat islam.

Contohnya, ada seseorang yang dianggap tokoh agama oleh masyarakat, ketika waktu zhuhur di Indonesia tiba, dia mengaku-ngaku bahwa dia shalatnya di Masjidil Haram, Mekkah. Padahal jelas, di Arab Saudi waktu zhuhur belum tiba ketika di Indonesia sudah masuk waktu zhuhur. Karena memang perbedaan zona waktu.

Anehnya, masyarakat pada percaya kalau tokoh agamanya telah melakukan shalat zhuhur di Masjidil Haram. Sebenarnya juga, sebelum waktu zhuhur si tokoh agama tersebut ada di antara mereka, di Indonesia. Setelah shalat juga sama. Tapi, mereka meyakini bahwa dia shalat di Masjidil Haram.

Kalau ditanyakan kepada mereka, "Mana mungkin? Di Arab Saudi masih jam 8, masih pagi, belum masuk waktu zhuhur, tapi kok bisa-bisanya sekarang sudah selesai shalat zhuhur di Masjidil Haram." Pasti mereka bilang, "Mungkin, level beliau sudah jauh beda daripada kita. Jadi, apa saja yang tidak mungkin buat kita, mungkin buat beliau." Kurang lebih seperti itu ilustrasinya.

Itu membahas sifat manusia yang mereka ada-adakan, tidak ada sumber yang jelas. Sedangkan ketika membahas sifat-sifat Allah yang sudah tertera dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, mereka malah tidak mempercayainya.

Tidakkah ini sebuah keanehan? Giliran manusia bisa melakukan hal yang tidak bisa kita bayangkan dipercaya. Giliran Allah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, malah tidak dipercaya. Padahal mah jelas-jelas bahwa Dia itu Sang Pencipta. Harus beda daripada ciptaan-Nya. Tidak boleh sama.

Contoh saja, ketika dikatakan bahwa "Allah bersemayam di atas arsy." Mereka malah memikirkan bagaimana bersemayamnya Allah. Mereka juga ketakutan kalau mereka percaya itu, mereka seakan-akan meyakini bahwa Allah itu butuh terhadap arsy.

Juga ketika dikatakan bahwa "Allah punya tangan dan wajah." Mereka malah mengakui bahwa tangan itu maksudnya kekuasaan, wajah maksudnya keridhaan. Karena kalau memang memiliki tangan dan wajah, berarti Allah mirip seperti makhluk-Nya.

Ujung-ujunganya tidak mempercayai sifat Allah yang semestinya. Padahal telah disebutkan seperti itu dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Ingat-ingat lagi, bahwa Allah tidak pernah sama sekali memerintahkan kita untuk memikirkan bagaimana sifat-Nya. Allah hanya memerintahkan untuk mengimani saja. Tidak perlu memikirkannya.

Renungkanlah bahwa kita itu makhluk-Nya yang sangat kecil. Otak, akal dan pengetahuan kita terbatas. Tidak pantas memikirkan bagaimana Allah Yang Maha Besar.

Siapa kita? Berani-beraninya kita seperti itu kepada Allah. Kita sudah diciptakan oleh-Nya, diberi rezeki, diberi apapun, dan lain-lain yang melengkapi kehidupan kita di dunia ini. Disuruh hanya mengimani sifat-Nya, malah tidak mau.

Dalam asma wa shifat, Allah berfirman,


 


"Hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka berdoalah dengan nama-nama tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang mengingkari sifat-sifat-Nya. Kelak, mereka akan dibalas sesuai dengan apa yang mereka kerjakan." (Al-A'raf : 180)

Imam Malik rahimahullah pernah berkata tentang bersemayamnya Allah di atas Arsy,


 


"Bersemayam itu diketahui, sedangkan bagaimananya tidak diketahui. Mengimaninya itu wajib, sedangkan bertanya tentang bagaimana hal tersebut itu bid'ah."

Beliau juga menjelaskan lagi bagaimana sikap kita terhadap asma wa shifat Allah:
1. Menetapkan sifat Allah tanpa ditakwilkan (diselewengkan ke makna lain yang tidak semestinya)
2. Menyerahkan bagaimananya kepada Allah (tak perlu kita pikirkan
3. Para salaf benci untuk membahas ayat-ayat tentang sifat

Jadi sebenarnya hidup itu simple. Kita cukup mengimaninya saja. Tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimananya.

Tidak pantas bagi kita apabila kita menggunakan akal kita untuk memikirkan bagaimana Dzat Yang Maha Besar Allah. Akal dan otak kita sangatlah kecil.
Gunakanlah untuk memikirkan hal-hal yang lain. Tidak perlu sibuk memikirkan bagaimana Allah.

Cukup imani saja bahwa Allah itu memiliki tangan, wajah, bersemayam di atas arsy. Juga bahwa orang mukmin akan melihat wajah Allah di surga nanti, kita imani saja. Tidak usah penasaran bagaimana kita nanti melihat wajah Allah. Perbanyaklah ibadah dan amal shalih. Kelak, suatu saat nanti kita akan mengatahui sendiri bagaimana kita melihat wajah Allah di surga kelak. Aamiin.

Life is simple, don't make it hard...

Refrensi:
https://www.google.com/amp/s/www.islamweb.net/amp/ar/fatwa/46438/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun