Renungkanlah bahwa kita itu makhluk-Nya yang sangat kecil. Otak, akal dan pengetahuan kita terbatas. Tidak pantas memikirkan bagaimana Allah Yang Maha Besar.
Siapa kita? Berani-beraninya kita seperti itu kepada Allah. Kita sudah diciptakan oleh-Nya, diberi rezeki, diberi apapun, dan lain-lain yang melengkapi kehidupan kita di dunia ini. Disuruh hanya mengimani sifat-Nya, malah tidak mau.
Dalam asma wa shifat, Allah berfirman,
Â
"Hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka berdoalah dengan nama-nama tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang mengingkari sifat-sifat-Nya. Kelak, mereka akan dibalas sesuai dengan apa yang mereka kerjakan." (Al-A'raf : 180)
Imam Malik rahimahullah pernah berkata tentang bersemayamnya Allah di atas Arsy,
Â
"Bersemayam itu diketahui, sedangkan bagaimananya tidak diketahui. Mengimaninya itu wajib, sedangkan bertanya tentang bagaimana hal tersebut itu bid'ah."
Beliau juga menjelaskan lagi bagaimana sikap kita terhadap asma wa shifat Allah:
1. Menetapkan sifat Allah tanpa ditakwilkan (diselewengkan ke makna lain yang tidak semestinya)
2. Menyerahkan bagaimananya kepada Allah (tak perlu kita pikirkan
3. Para salaf benci untuk membahas ayat-ayat tentang sifat
Jadi sebenarnya hidup itu simple. Kita cukup mengimaninya saja. Tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimananya.
Tidak pantas bagi kita apabila kita menggunakan akal kita untuk memikirkan bagaimana Dzat Yang Maha Besar Allah. Akal dan otak kita sangatlah kecil.
Gunakanlah untuk memikirkan hal-hal yang lain. Tidak perlu sibuk memikirkan bagaimana Allah.