Mohon tunggu...
Aditira
Aditira Mohon Tunggu... Konsultan - Pengembara kehidupan yang mencoba berbuat sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan ini

Kehidupan ini akan berjalan seperti apa adanya. Baiknya tidak terlalu memaksakan diri diluar kemampuan kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semakin Punahnya Pertanian Organik Tradisi Kalimantan

20 Mei 2022   19:38 Diperbarui: 20 Mei 2022   19:51 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Pengembaraan

Hari itu di awal bulan Maret 2021, saat itu situasi kota Bogor dan beberapa kota lain di Indonesia masih dalam situasi pandemi covid 19.  Dapat khabar baik dari kawan-kawan WWF Kalimantan Barat melalui sebuah pesan whatsapp untuk ajakan mengembara lagi ke kampung-kampung di Kabupaten Melawi dan Kapuas Hulu untuk belajar bersama dengan petani-petani disana. Membahas tentang Sistem Penjaminan Mutu Beras Kampung dalam membangun Sistem Pangan Lokal dalam menghadapi Sistem Pangan Global.   

Perjalanan kali ini adalah  pengembaraan yang entah ke berapa kalinya, setelah pertama kali menginjakkan kaki di bumi  Kalimantan Barat sekitar  tahun 2000. Pengembaraan seperti ini selalu memacu hormone andrelin  untuk mengerahkan seluruh kemampuan, pengetahuan dan pengalaman untuk bagaimana membangun komunikasi dalam belajar bersama para petani.  

Gap bahasa dan pengetahuan tentang social budaya setempat serta ruang pikir komunitas dengan pengetahuan dan pengalaman serta mimpi mereka tentang bagaimana seharusnya masa depan mereka,  menjadi tantangan  yang sangat besar dan berat pada setiap  pengembaraan seperti ini.  Selalu ada tanya dalam diri, sejauh mana  manfaat pengembaraan ini untuk para petani-petani  tersebut. 

Dan selalu terutama ketika kita akan mengajak petani untuk bersama-sama melihat kondisi saat ini dan kemana mereka akan melangkah ke depan untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan terkini.  Terutama di tingkat kampung yang sesungguhnya pada hari-hari ini, situasi mereka tidak terelakkan lagi dan sedang  berhadapan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan yang ada. Masuknya Industri perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri yang lapar lahan yang sesungguhnya adalah keberlanjutan dari industry kehutanan dan pertanian di masa jaya hak pengelolaan hutan (HpH) dan perkebunan karet skala besar.  Dan saat ini juga tengah gencar-gencarnya dorongan program food estate yang sesungguhnya kesemuanya itu menjadi ancaman bagi kemandirian dan kedaulatan pangan bagi komunitas lokal tersebut. 

Secara sepintas dari satu sisi, program dan proyek tersebut memperlihatkan kemajuan-kemajuan pembangunan fisik seperti jalan, jembatan dan teknologi informasi yang bermanfaat bagi komunitas lokal  tetapi dibalik itu menyimpan ancaman penguasaan asset-aset ekonomi komunitas dibawah kendali penguasa dan pengusaha yang berkedok pembangunan negeri.  

Siapa yang diuntungkan? Atau paling tidak,  bisa secara optimal memanfaatkan kemajuan fisik tersebut? Hanyalah mereka-mereka yang memiliki dan menguasai pengetahuan dan ketrampian atas teknologi informasilah yang dapat memaksimalkan fungsi tersebut, sementara komunitas lokal dengan keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman atas itu, terlonggo-longgo, sambil kagum dan juga binggung, dibiarkan berjuang sendiri untuk bertarung dengan para penguasa teknologi informasi tersebut.  

Tanpa adanya kebijakan, regulasi dan program khusus untuk memampukan komunitas lokal dalam menghadapi situasi ini.  Siapa yang memiliki kendaraan yang dapat secara maksimal mulusnya fasilitas jalan-jalan dan jembatan-jembatan tersebut?  Siapa yang memiliki perangkat dan system informasi teknologi yang dapat memaksimalkan pengunaan hand phone, computer dan internet di jaman 4.0 ini ?  Kesemuanya itu merupakan perpaduan penguasaan hajat hidup komunitas lokal oleh komunitas bisnis nasional dan global.  Siapa yang penikmat akhir dan meraup keuntungan besar atas kemajuan pembangunan fisik di Kalimantan ? 

Dan ketika kita bicara tentang Pembangunan Pertanian. Ada ungkapan yang pada beberapa waktu dan pada beberapa kesempatan sering terdengar. "Pertanian tradisi atau mungkin lebih tepatnya pertanian yang berbasis budaya setempat itu adalah sebuah utopia. Itu hanya masa lalu yang sudah tidak penting lagi untuk dibahas di jaman digitalisasi pertanian saat ini".   

Kenapa, karena sesungguhnya saat ini pertanian itu adalah Pertanian berbasis bisnis yang sarat dengan Teknologi informasi dan Pengetahuan terkini.  Dan siapakah pemilik bisnis-bisnis pertanian itu ?  Bisnis yang dimiliki  dan pemegang modal serta pengendali dari para pelaku di rantai nilai ekonomi pada bisnis itu.  

Pertanian dikelolah dan diarahkan dengan satu paradigma bagaimana memberikan nilai tambah ekonomi dalam tata nilai komoditas pertanian tersebut. Dan bermuara pada siapa sebenarnya yang hendak dilayani dalam bisnis pertanian tersebut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun