Sikap tolong-menolong dan bekerja sama di tengah pandemi adalah salah satu nilai dari kebangkitan nasional yang harus tetap dilestarikan. Saling berbagi dengan sesama akan membuat bangsa Indonesia dapat tetap bertahan. Apalagi bagi umat muslim, berbagi di bulan Ramadan adalah salah satu amalan yang mulia.
Menilik kembali bahwa perang melawan corona ini bukanlah perang secara fisik, maka kita harus bisa mengalahkannya dengan pemikiran. Pemikiran yang logis dan harus kita terapkan adalah menjaga kontak fisik sampai dengan pandemi selesai. Namun jika pandemi belum usai maka kita harus bisa beradaptasi dengan kehidupan baru kita setelah ini.
Tradisi pulang kampung untuk merayakan lebaran harus dapat kita tahan pada saat pandemi ini. Kita harus memikirkan pula kondisi kesehatan orang tua ataupun saudara yang ada di kampung halaman. Kemajuan teknologi masih memungkinkan kita untuk melakukan mudik digital yang tidak menghilangkan makna mudik untuk saling bersilaturahmi.
Tidak bersikap egois adalah kunci untuk menang dalam peperangan. Tidak ada cerita dimana peperangan dapat dimenangkan oleh satu orang. Perang hanya akan dimenangkan apabila semua orang bersatu.
Terlihat bahwa beberapa nilai kebangkitan nasional dapat diterapkan selama bulan Ramadan di masa pandemi. Bahkan nilai ini menjadi sesuatu yang signifikan demi memerangi wabah corona. Mari kita disiplin untuk menerapkan nilai-nilai kebangkitan nasional tanpa menghilangkan makna kemuliaan di bulan Ramadan dan juga kesucian di lebaran Idul Fitri yang tinggal sebentar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H