Seyogyanya peserta belajar tentang teknik dan karakter makanan mulai dari awal. Jika hal ini dapat diserap dengan baik, maka ditambah dengan bakat yang dimiliki, hasilnya akan klop dalam kompetisi ini. Â
Namun dalam setiap tayangan, lebih banyak juri yang berpendapat bahwa peserta tidak dapat mempadu-padankan bahan makanan sehingga rasanya tidak pas. Dalam satu segmen, mungkin hanya 25% masakan peserta yang diberi pendapat bagus oleh semua juri.
Sedangkan dalam tayangan Master Chef Australia, justru 25% masakan peserta diberi pendapat kurang bagus dari juri. Hanya terdapat sedikit sekali kekurang dalam masakan peserta. Misalnya hanya sedikit kurang matang, kurang manis. Secara keseluruhan masih dapat dimakan namun tidak enak.
Tayangan televisi adalah salah satu hal yang dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan kita. Dan perbedaan ini memberikan pengaruh yang berbeda bagi saya.Â
Pada saat melihat Master Chef Australia, saya merasa bahwa setiap makanan dapat menjelma menjadi masakan yang indah dan enak. Saya takjub dengan kemampuan semua peserta.Â
Mereka memasak dengan bakat yang sudah dimiliki ditambah dengan pelajaran selama di Master Chef sehingga masakan dapat begitu indah dilihat dan begitu enak dinikmati.
Berbeda pada saat melihat Master Chef Indonesia, saya merasa bahwa masakan yang disajikan sangatlah jauh dari masakan indah dan enak. Peserta hanya menggunakan feeling dalam memasak tanpa mengetahui esensi dari setiap bahan makanan.Â
Dan sempat saya berpikir, apakah semua orang Indonesia yang pandai memasak tidak mencoba mengikuti kompetisi ini sehingga kita dapat pula melihat tayangan yang sama berbobotnya dengan tayangan di luar negeri.Â
Semoga saja di season selanjutnya konten dan peserta Master Chef Indonesia dapat lebih baik. Semoga saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H