Aku melihat kecoa mati yang bergerak-gerak diusung semut-semut di bawahnya
Aku mencium bau menyengat walang sangit yang meloncat kesana kemari
Aku mendengar suara jangkerik bernyanyi nyaring seolah tampil di panggung
Aku merasakan lidahku asam karena lepas dari rokok beberapa lama
Aku menggigil oleh dingin yang menusuk kulit dan membuat telapakku pucat pasi
Panca inderaku masih peka melihat, mencium, mendengar, mengecap, dan meraba
Namun otakku buntu dan hatiku beku untuk menemukan jalan keluar
Jeruji besi membentang di hadapanku tanpa aku bisa berbuat dalam penyesalan
Kenikmatan sesaat yang menyeretku dalam sepi malam di ruangan pengap
Hanya meninggalkan sisa getir pahit yang tak bertepi
Akhirnya aku hanya terkulai tak berdaya dalam sebuah penantian kebebasan