oleh: Rara Zarary*
Â
Hujan yang jatuh pelan-pelan ke bumi
dicintai jutaan penulis puisi
serupa api, menjadikanku abu
dunia tiba-tiba berubah warna
tawa tenggelam di bawah air mata
ruang-ruang hening
suara hanya terdengar bising
tanpa kuterima pelukan
di balik jutaan ucapan
hiburan hanyalah omong kosong
yang singgah dalam tawa kebohongan
kehilangan adalah kehilangan
aku tak bisa pura-pura tersenyum menawan
dalam secangkir dekapan yang sekejap hilang
atau keikhlasan yang hanya mudah diucapkan
kehilangan tetaplah kehilangan
yang tiada tak akan kembali ada
sederas apa air mata
sedalam bagaimana permohonan
kepergian selamanya
adalah akhir perjumpaan nyata
yang setiap waktu kupeluk dingin kerinduan
tanpa balas, hingga tertidur kukira melupakan
kehilangan adalah kehilangan
dan aku butuh membiarkan
tanpa kau kejar dengan kata kuat dan ikhlaskan
biarkan diriku yang debu
menemukan waktu
seluruh aku.
Tanah Puisi, 2022
*Alumnus An Nuqayah Madura*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H