Mohon tunggu...
Rara Muhammad
Rara Muhammad Mohon Tunggu... Karyawan -

Galau lewat kata, galau jadi karya. Writing to heal myself. Visit my blog http://raramuhammad.com anda my account IG https://www.instagram.com/raramuhammad09/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Benalu di Masa Lalu

29 Januari 2016   18:29 Diperbarui: 29 Januari 2016   18:46 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi"][/caption]

Kamu hanya masa lalu ku

Masa lalu yang hanya tinggal kenangan

Kamu hanya kesalahan masa mudaku

Ya, ku pikir kamu hanya sebuah kesalahan

Kamu tak seharusnya ada dalam kehidupan ku

Namun dengan adanya kamu membuat ku sadar

Bahwa kesalahan tak sepatutnya terulang kembali

 

Aku telah diperingatkan Tuhan

Tak sepatutnya kamu yang katanya mengiginkan surga mengulang kesalahan yang sama berturut-turut

Tapi mengapa rasa itu terus ada bersemayam dalam dada

Seperti tak mau hilang

Atau hanya aku yang terus memaksanya ada walau pada kenyataan

perasaan itu telah lama layu

Aku yang terus memumupuknya diam-diam

Jauh di dalam hati berharap perasaan yang telah layu itu tumbuh

dan bisa subur seperti dulu

 

Satu hal yang tak aku sadari adalah

Perasaan yang kunamai cinta itu hanya benalu yang sempat tumbuh subur di dalam taman hati

yang sebenarnya hanya jadi hama yang lama-lama membunuhku

Memenuhi taman hati dengan seluruh rimbunnya

yang akhirnya mencengkramku dan tak membiarkan tanaman yang lain tumbuh

Perasaan itu hanya rumput yang tak seharusnya hidup di taman indah milikku

Ia hanya kebetulan tumbuh karena dulu taman itu lama kosong

Ia salah tumbuh

Aku pun lalai membiarkan benalu itu tumbuh menguasai hati

Hingga pada akhirnya aku kewalahan sendiri

Tak punya tempat untuk bernafas

Mengap-mengap ditelan perasaan bersalah akan cinta salah

yang memang seharusnya dulu segera ku berantas habis

 

Sayang, aku terlambat akan semua

Kini aku hanya bisa menunggu

Entah kapan

Benalu itu mungkin akan menyerah dengan sendirinya

Ia akan mati nantinya

Tapi sayang,

Entah kapan waktunya datang

 

 

22 01 2016

 01:35 PM

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun