Ku hirup dalam-dalam udara sejuk siang itu...
        Di pinggir sungai, tak jauh dari letak sekolahku...
        Bersama teman-teman sekelasku...
        Saat guru kami meminta
        Melakukan penelitian berbagai macam bentuk daun di sebuah ladang milik warga
Ya, kami di sana...
Ketika waktu menunjukkan jam penelitian selesai,
Kami enggan kembali ke sekolah
Sebagian dari kami memilih menikmati hilir sungai yang mengalir,
Dan kami menikmati udara sejuk di ladang milik seorang warga...
        Ya, benar-benar menikmati alam...
        Alam desa kami tinggal...
        Tanpa disadari guru kami menyuruh kembali...
        Karena kebandelan kami, kami pun terkena marah...
        Berbahaya jika kami terlalu lama main di pinggir sungai...
        Dan sudah menjadi kewajiban kami untuk melanjutkan pelajaran di dalam kelas...
Sedikit kesal kami pun kembali...
Â
Kubuka indra penglihatanku...
Silau terasa, panas terasa, haus mengancam tubuhku...
Oh ternyata...
Aku sudah berada di tengah-tengah aktivitas kota...
Hiruk pikuk yang tak dapat aku hindari...
Memaksaku untuk menjadi satu dengannya...
Asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran sampah di dekat jembatan...
Begitu membuat muram wajah jalan yang ku lewati...
Oh ya... ku tersadar...
Kini sudah lain... aku bukan lagi siswa sekolah dasar...
Yang mana tempat sekolah ku dekat dengan aliran sungai Bengawan...
Yang mana dulu aku pernah menghirup kesegaran udara di sebuah ladang...
Ya Tuhan... aku terlena dari bayang-bayang kehijauan alam ini...
Pematang sawah yang dulu ku lewati menjadi sebuah pabrik terbesar di Asia Tenggara...
Sepoi-sepoi yang pernah ku rasakan ketika melewatinya, berubah dalam sekejap...
Nanar mata ini menatap fatamorgana di jalanan itu...
Sengatan panas menyerang dari pantulan jalan dan dari surya saat berada tepat di ubun-ubun...
Ku mengeluh... panasnya sungguh terlalu...
       Â
        Kota tempat ku berada di perguruan tinggi...
        Kota itu pula aku bekerja...
        Bertemu dengan anak-anak, dengan berbagai macam tingkahnya...
        Sesekali menjadi pelipur kerinduanku pada kesejukan hidup ini...
        Sesekali pula ku menyempatkan ke taman peninggalan dari tanda cinta seorang ayah untuk kedua putrinya... Partini Tuin dan Partinah...
        Di sanalah ku mengobati rindu pada aroma kesegaran alam...
        Terbebaslah sejenak ragaku dari polusi...
        Ku merasa terlena dalam masa kecilku...
        Menikmati pesona hijau di desaku...
Â
Sesekali ingin ku mengajak anak-anak didik ku...
Menikmati kehijauan...
Menanamkan warna hijau di sudut kota...
Aku ingin mampu membuat hidupku sesegar aroma alam...
Semoga bukan mimpi...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H