Duduklah Ia di tepi pantai
        Terdiam dalam lamunan
        Duduk disampingnya dengan santai
        Sang Buah hati buyarkan lamunan
Tersenyum tipis dalam kelesuan
Buah hati tak kunjung mengerti
Tersirat dalam kegalauan
Buah hati hanya bergumam dalam hati
        Ia tatap jauhnya gelombang ombak yang akan datang
        Buah hatinya tak kunjung paham
        Ia harapkan kebaikan dari mimpi yang terbentang
        Harap buah hati mendapat ilham
Seketika jua Ia berteriak
Berteriak panjang dan keras
Berteriak di antara ombak yang beriak
Timbulkan suasana yang baginya selaras
        Buah hatinya terkejut
        Mereka saling berpandangan
        Ada kata yang akan terucap
        Ia pinta buah hatinya memiliki mimpi untuk dirajut
        Agar tidak sekedar menjadi angan
        Agar tidak sekedar menjadi kata yang terlanjur terucap
Ketika amarah menyelimuti
Bukan hal yang tepat menghancurkan benda-benda di rumah
Pergilah bersama keinginan hati
Teriakkan segalanya, patahkan amarah
Biar tak menjadi benci
Biar tak menjadi dendam yang tak berarah
        Memo yang tak terlupa
        Di luasnya pasir ini
        Memo yang bernada
        Di keriuhan ombak yang menepi
        Barulah buah hati mengerti
        Mengapa amarah harus terbuang
        Amarah hanya menimbulkan rugi
        Teriakkan... biarkan dijawab oleh ombak yang bergelombang
Di sela-sela angin yang membuat ombak bertepi
Kini buah hati mengerti
Sosoknya, memberikan arti mimpi
Sosoknya, memberikan pengertian yang sejati
Bahwa ia telah dididik
Membuang amarah yang selalu bergejolak
Seperti ombak yang berbuih
yang tak pernah mendengarnya berteriak
       Â
       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H