Mohon tunggu...
Raptanta Hanantara Namariyan
Raptanta Hanantara Namariyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan penikmat karya visual

Seorang mahasiswa rantau yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia demi menggapai impiannya menjadi kriminolog. Kini, mencoba untuk kembali menulis sebagai cara mengasah kemampuan dan menuangkan isi pikiran. Sebagai seorang mahasiswa kriminologi, tentunya saya tertarik dengan tema terkait kejahatan dan isu sosial. Namun, kecintaan dan kekaguman saya dengan film akan menjadi hal menarik untuk selalu dibahas dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kiat-kiat Jadi Pembeli Cerdas di Warteg

6 April 2021   09:51 Diperbarui: 8 April 2021   13:13 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya teringat masa sebelum pandemi melanda negeri kita tercinta. Setelah bel pulang menggema seantero sekolah, saya langsung menyimpan tas di ruang ekskul, mengambil kunci motor, dan tancap gas ke sebuah tempat. Rasa lapar setelah belajar setengah mati mengantarkan saya ke surga dunia bernama Warung Tegal (Warteg).

Walaupun terkesan lebay, tapi kenyataannya memang demikian. Warteg itu surganya anak kos, bapak-bapak, dan ibu rumah tangga yang baru beres lari pagi. Lauk pauk yang beragam, nasi yang melimpah, dan harga yang murah adalah alasan tempat ini layak disinggahi. 

Maklum, saya hanya pelajar SMA yang sarapan saja sempat tak sempat. Uang jajan pun tak seberapa, sehingga saat istirahat saya harus rela makan hanya dengan 2 tempe, 1 bala-bala, dan 2 lontong. 

Jelas apabila saya dihadapkan antara mie ayam mas berotot dan warteg sebelah kecamatan, dengan tegas saya akan memilih warteg. Jika ada yang lebih murah dan kenyang kenapa harus pilih yang sedikit lebih mahal?

Sebagai orang yang sedikit banyak menjajal warteg di sekitar rumah, saya kerap melihat banyak orang masih awam dalam memaksimalkan potensi makan di warteg. 

Setelah melalui banyak peninjauan, penelitian, dan pemikiran filosofis ala anak senja. Akhirnya, saya berhasil menyusun gagasan, opini, dan pemikiran saya dalam artikel ini. 

Untuk teman kos-kosan, kawan perantau, bapak-bapak komplek, dan ibu-ibu muda di luar sana. Berikut ini saya persembahkan, kiat-kiat menjadi pembeli cerdas di warteg ala penulis.

Pertama, carilah warung tegal yang aman dan nyaman. Tak hanya hotel, warteg pun harus terjamin kualitasnya. Jangan sampai pembaca memilih warteg yang salah. 

Carilah warteg dengan cita rasa yang sesuai lidah pembaca. Pastikan warung tegalnya jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan sebangsanya. Jangan terlalu percaya dengan harga yang murahnya kebangetan. Ingatlah, hemat boleh sakit jangan. 

Kedua, bangunlah relasi dengan pemilik warteg. Terdengar konyol, namun percaya pada saya. Relasi yang baik akan memberikan keuntungan di kemudian hari. Mulai dengan memberikan kesan pertama yang baik, mulailah untuk tidak memiliki hutang di hari pertama. 

Saya yakin alih-alih diperbolehkan menghutang yang ada nama pembaca akan masuk daftar hitam. Belum bonus omelan pemilik warteg dan sendok yang terbang ke wajah pembaca.

Ketiga, jangan kalap mata! Ini adalah kesalahan yang biasanya pemula sering lakukan. Memang benar warteg memiliki menu yang bervariasi tapi, jangan semua diembat juga dong! Selain pembaca akan terlihat tamak, makanan yang tersisa akan jadi mubazir. 

Pilih menu secukupnya saja dan ingatlah perutmu bukan kantong ajaib Doraemon. Telur balado, mendoan, tumis tempe, dan sayur adalah kombinasi yang sempurna. Kalau pembaca kuat pedas, silahkan tambah sambal sesuai selera. Saya jamin rasanya akan makin ajib.

Keempat, makanan murah belum tentu minumnya juga murah. Kalau makanmu cuman nasi telor balado, tapi minumnya es susu coklat ya, percuma! Pembaca harus ingat, di warteg itu ada teh hangat yang gratis dan bisa refill. Kalau ingin minum es susu coklat atau es jeruk instan, saran saya sebaiknya pembaca seduh sendiri di rumah. 

Biasanya pemilik warteg akan memajang banyak minuman instan yang akan memecah fokus pembaca. Sampai sini pembaca harus ingat tujuan awal pembaca datang ke warteg, makan dan kenyang! Ya, kalau pembaca memang memiliki dana lebih dan ingin memanjakan diri, saya tak bisa melarangnya.

Kelima sekaligus yang terakhir, jangan pernah dibungkus! Percayalah pada saya, porsi dine in dan take away itu bisa satu banding setengah! Sudah tak dapat teh hangat, porsinya dipotong pula. Anak kos sih bisa rugi dengan fenomena metafisika ini. Bungkuslah kalau tempatnya penuh, kalau kosong ya jangan.

Itulah kiat kiat menjadi pembeli cerdas di warteg ala penulis. Tentunya ini adalah pemikiran dan pandangan subjektif dari saya. Semoga tulisan ini dapat membantu muda-mudi sayap ayam kekinian yang ingin merasakan pengalaman makan di warteg. 

Sebagai referensi, kombo favorit saya selama makan di warteg adalah nasi, balado telur, mendoan, kikil, kerang, sambal, dan teh hangat. Rasanya, ah, mantap!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun