Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Money

Keliner Baru; Kempelang Tulang Ikan

25 November 2019   16:38 Diperbarui: 25 November 2019   16:49 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rasanya lebih gurih dari kempelang ikan gabus," ujar saya ketika diminta H Burlian Topo, mencicipi kempelang tulang ikan gabus hasil inovasinya, beberapa waktu lalu.

"Juga terasa agak kasar dari tulang ikan yang tidak hancur sepenuhnya ketika digiling. Sedikit lebih keras juga," kata saya ceplas ceplos apa adanya. Namun, anehnya saya kembali mencengkam kempelang dalam toples yang diletakan diatas meja plastik, tepat didepan saya. Seperti ketagihan, saya kembali memasukan kempelang kedalam mulut dan mengunyahnya hingga lumat. "Enak pak," kata saya.  

Kunjungan saya ke kediaman H Burlian Topo, kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. Sebelumnya, saya hanya mendengar cerita kehebatan H Burlian Topo yang biasa disapa Cek AAT ini dari beberapa teman pengurus Asosiasi UKM-IKM Nusantara Sumsel. Saya tidak menolak ketika beliau mengundang datang ke rumah yang juga menjadi tempat usahanya di kawasan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Cek AAT, merupakan salah satu pengusaha kerupuk dan kempelang khas Palembang yang sudah sukses. Usahanya terus berkembang, produk hasil produksi Cek AAT bisa ditemukan dibeberapa toko oleh-oleh khas Palembang. "Ada beberapa toko oleh-oleh yang menjual produk kita," ujar Cek AAT, yang sudah berusia 65 tahunan. 

Cek AAT termasuk pengusaha yang berani berinovasi. Ada beberapa varian produk yang merupakan hasil inovasinya sendiri. Terbaru ada kempelang tulang ikan, keripik tulang ikan dan keripik kulit ikan gabus. "Saya lihat dipasar, tulang ikan dan kulit ikan gabus menjadi limbah," tuturnya mengawali pembicaraan ketika ditanya awal mula membuat kempelang tulang ikan. 

Sebelumnya, tulang ikan gabus yang sudah diambil dagingnya untuk dibuat kerupuk dan kempelang ataupun pempek dibuang begitu saja. Atau diolah untuk makanan ternak. Cek AAT, berpikir dan melakukan coba-coba. Pria yang pernah mengikuti pelatihan di Jepang ini, berhasil mengolah tulang ikan menjadi kempelang. 

Prosesnya menurut Cek AAT, sama seperti membuat kerupuk atau kempelang dengan menggunakan daging ikan. Tentunya ada teknik tersendiri bagaiamana caranya agar tulang bisa dihaluskan. "Untuk keripik tulang ikan dan kulit ikan gabus itu mudah sekali, tulang ikan yang sudah dibersihkan diberi tepung, digoreng," ungkapnya. 

Kerupuk tulang ikan dan keripik tulang ikan hasil kreasi Cek AAT, didapat dinikmati dengan harga yang cukup tinggi. Untuk kempelang tulang ikan dikisaran Rp 120.000,- per kilogram. Sementara keripik tulang ikan gabus dan kulit ikan gabus Rp 140.000,- per kilogram. Selain disejumlah otoko oleh-oleh khas Palembang, pembeli bisa datang ke kediamannya di kawasan 7 Ulu. 

Inovasi kuliner yang dilakukan Cek AAT, sudah diakui oleh pemerintah. Bahkan atas kreasinya tersebut, pria asal Meranjat, Ogan Komering Ilir (OKI) ini sudah mendapatkan penghargaan dari pemerintah republik Indonesia. Yakni Anugerah IPTEK LABDHAKRETRA pada Tahun 2011 oleh Presiden RI H Susilo Bambang Yudhoyono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun