Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Nilai Gotong Royong

2 Oktober 2018   11:05 Diperbarui: 2 Oktober 2018   11:25 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai...

Seperti inilah desa tempat kelahiran saya. Suasananya tentram, jauh dari hiruk pikuk deru mesin pabrik, kendaraan seperti di kota. Rumah-rumah merupakan rumah panggung beratapkan genteng atau seng. Bagian bawah rumah dimanfaatkan untuk gudang atau sangkar hewan ternak, seperti ayam, sapi dan kambing.

Letak desa tempat tinggal saya memang jauh dari kota kabupaten. Yakni, Desa Lontar Kecamatan Muara Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan. Sekitar dua jam perjalanan darat dari kota Baturaja, OKU. Melewati jalur lintas selatan. 

Begitu turun dari bus, masih harus berjalan kaki dan melewati dua jembatan gantung. Bagi yang takut dengan ketinggian, dijamin berteriak histeris. Jembatan gantung cukup panjang, dibawahnya aliran air cukup deras.

Keriuhan biasanya dari sekelompok anak yang bermain petak umpet, loncat tali, bola kasti atau sepak bola. Selain itu, keramaian terlihat pada jam-jam istirahat. Warga yang tidak pergi ke ladang atau sawah akan duduk di tempat kongkow, biasanya di warung sembari menikmati cemilan atau rokok. Atau memang sedang ada warga yang menyelenggarakan hajatan, seperti pesta pernikahan, selamatan rumah baru dan sedang ada anggota keluarga yang meninggal. 

Suasana adem, keramahan penduduk dan tradisi-tradisi yang masih terjaga membuat orang-orang di rantau seperti saya akan merindukan kampung kelahiran. Misalnya tradisi gotong royong yang hingga saat ini masih terus dilakukan. Gotong royong dilaksanakan dalam berbagai kegiatan. Baik itu untuk kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi salah seorang warga. 

Misalnya ketika ada warga yang ingin menyelenggarakan resepsi pernikahan putra atau putrinya. Warga akan bergotong royong mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar acara tersebut sukses. Mulai dari menyiapkan tenda, pelaminan dan pengisi acara. Semua dilakukan warga tanpa pamrih. 

Disini usaha catering tidak laku. Karena ketika ada hajatan menu untuk makan disiapkan sendiri oleh warga. Pemilik hajatan cukup menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak. Biasanya warga juga urunan. Ada yang membantu ayam, beras, dan bahan-bahan lain yang akan digunakan untuk keperluan terkait hajatan.

 

img-20180801-wa0010-5bb2e932677ffb3d87440853.jpg
img-20180801-wa0010-5bb2e932677ffb3d87440853.jpg
Beberapa waktu lalu, warga di kampung melakukan gotong royong rehab bangunan mushollah At Taqwa. Informasi dari salah seorang warga di kampung, atap mushollah sudah banyak yang bocor. Aktivitas ibadah sering kali terganggu ketika musim penghujan. Lantai mushollah tergenang air hujan, sajadah yang terpasang pun basah. 

Warga bahu membahu menurunkan genteng dari atas bangunan mushollah. Sebagian warga naik ke atas mushollah dan sebagian lagi dibawah. Satu persatu genteng diturunkan secara estapet. Genteng-genteng yang masih bagus akan dipakai kembali. Untuk itu, genteng harus dijaga keselamatannya.

Setelah semua genteng diturunkan, warga mengganti kayu ring untuk menahan genteng yang sudah lapuk. Kemudian genteng dipasang kembali. Genteng yang sudah pecah dan lapuk dimakan usia diganti dengan yang baru. 

img-20180801-wa0011-5bb2e53243322f3c713a8652.jpg
img-20180801-wa0011-5bb2e53243322f3c713a8652.jpg
Gotong royong tidak hanya dilakukan laki-laki, perempuan juga turut membantu. Mulai dari orang tua hingga anak-anak yang terkadang justru bukan membantu tapi menambah hiruk pikuk saja. Dalam kegiatan ini, ibu-ibu akan terlibat di dapur umum menyiapkan konsumsi. Membuat kopi, teh, makanan ringan hingga menu makan siang. 

Makanan yang disajikan untuk konsumsi warga yang bergotong royong kadang merupakan sumbangan warga. Makanan dimasak dirumah masing-masing, kemudian dibawa ke lokasi gotong royong. Saya paling suka dengan bagian ini. Makanan yang disajikan akan berpariasi. Ada yang membawa ubi goreng, pepes pisang, bubur kacang hijau, lemper, kue apem dan masih banyak lagi makanan tradisional lainnya. Jangan berharap ada kue kekinian. 

Beginilah warga kampung saya menjaga tradisi gotong royong. Sejak beberapa abad lalu dan entah berapa generasi, gotong royong terus terjaga. Setiap ada hajatan warga lakukan dengan bergotong royong.

#salam

logo-kompal-5bb2e0e4c112fe66c5701552.jpg
logo-kompal-5bb2e0e4c112fe66c5701552.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun