Bendasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawul telah mendommasi atim keagamaan di Nusantara sejak periode awal bedatangan Islam di kawasan ini. Ini tidak lepas dari peran tasawuf sebagai faktor utama idamisasi di kawasan ini. Sejak periode awal kedatangan dan perkembangan Islam, Aceh telah tumbuh sebagal pusat penyebaran tasawuf di samping Umo-finu keislaman lainnya di Nusantara. Dominasi tasawuf pada kehidupan keberagamaan di Nusantara umumnya dan Aceh khususnya, telah menarik generasi muda untuk belajar tasawuf, dan melahirkan hanyak utama dalam bidang ini. Ini mungkin di antara alasan ketertarikan Abd al-Ra'üf terhadap tasawuf
Abd al-Ra'of tumbuh dalam kondisi sostal-politik yang tidak stahil. Ini karena terjadinya konflik yang disebabkan oleh serangan al-Raniri terhadap para pengikut Hamzah dan Shams al-Din yang dikenali dengan polemik wajdljyuh. Meskipun perselisihan ini berada dalam konteks keagamaan, tetapi juga melibatkan kekuasaan (politik), menyebabkan tragedi dalam sejarah Aceh. Sebagai seorang generasi muda Aceh, tentu Abd al-Ra'of merasa bertanggung jawah untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu menciptakan kedamaian dan keharmonisan di masyarakat Aceh. Sebagai akar masalah dari perselisihan ajaran Hamzah dan Shams al-Din yang dipandang sebagai menyimpang dari syariat (ortodoksi), adalah tugas Abd al-Ra'if sebagai generasi berikutnya untuk menyiapkan jawaban jawaban mengenai posisi ajaran Hamzah Shams al-Din dari sudut pandang syariat (artodoksi).
Dalam konteks kehidupan intelektual, pada abad yang sama, muncul reformasi Islam yang dijalankan oleh jaringan ulama Timur Tengalı yang berpusat di al-Haramayn. Karakteristik utama atau kecenderungan intelektual jaringan adalah saling pendekatan antara tasawuf dan syariat. Sebagai seorang murid yang belajar di Timur Tengah pada waktu itu, tentu Abd al-Ra'üf terlibat di jaringan tersebut, baik dalam rangka belajar atau hanya sekadar menihina hubungan dengan ulama di jaringan. Tokoh kunci jaringan ulama, yaitu Ahmad al-Qushähsi dan Ibrahim al-Küräni adalah mursyid utama Abd al-Ra'üf. Dengan demikian, tidak dapat dinafikan bahwa spirit reformasi Islam di Timur Tengah, yaitu rekonsiliasi tasawuf dan syariat (ortodoksi), tentu saja, banyak sedilotnya, memengaruhi sikap, pendekatan dan kecenderungan intelektual serta membentuk kerangka pemikiran Abd al-Ra'üf pada masa berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H