Mohon tunggu...
Rafi Daffa
Rafi Daffa Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

MAHASISWA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Reformasi Intelektual Dunia Islam Abad Ke -17M Timur Tengah

21 Desember 2024   13:13 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:25 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bendasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawul telah mendommasi atim keagamaan di Nusantara sejak periode awal bedatangan Islam di kawasan ini. Ini tidak lepas dari peran tasawuf sebagai faktor utama idamisasi di kawasan ini. Sejak periode awal kedatangan dan perkembangan Islam, Aceh telah tumbuh sebagal pusat penyebaran tasawuf di samping Umo-finu keislaman lainnya di Nusantara. Dominasi tasawuf pada kehidupan keberagamaan di Nusantara umumnya dan Aceh khususnya, telah menarik generasi muda untuk belajar tasawuf, dan melahirkan hanyak utama dalam bidang ini. Ini mungkin di antara alasan ketertarikan Abd al-Ra'üf terhadap tasawuf

Abd al-Ra'of tumbuh dalam kondisi sostal-politik yang tidak stahil. Ini karena terjadinya konflik yang disebabkan oleh serangan al-Raniri terhadap para pengikut Hamzah dan Shams al-Din yang dikenali dengan polemik wajdljyuh. Meskipun perselisihan ini berada dalam konteks keagamaan, tetapi juga melibatkan kekuasaan (politik), menyebabkan tragedi dalam sejarah Aceh. Sebagai seorang generasi muda Aceh, tentu Abd al-Ra'of merasa bertanggung jawah untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu menciptakan kedamaian dan keharmonisan di masyarakat Aceh. Sebagai akar masalah dari perselisihan ajaran Hamzah dan Shams al-Din yang dipandang sebagai menyimpang dari syariat (ortodoksi), adalah tugas Abd al-Ra'if sebagai generasi berikutnya untuk menyiapkan jawaban jawaban mengenai posisi ajaran Hamzah Shams al-Din dari sudut pandang syariat (artodoksi).

Dalam konteks kehidupan intelektual, pada abad yang sama, muncul reformasi Islam yang dijalankan oleh jaringan ulama Timur Tengalı yang berpusat di al-Haramayn. Karakteristik utama atau kecenderungan intelektual jaringan adalah saling pendekatan antara tasawuf dan syariat. Sebagai seorang murid yang belajar di Timur Tengah pada waktu itu, tentu Abd al-Ra'üf terlibat di jaringan tersebut, baik dalam rangka belajar atau hanya sekadar menihina hubungan dengan ulama di jaringan. Tokoh kunci jaringan ulama, yaitu Ahmad al-Qushähsi dan Ibrahim al-Küräni adalah mursyid utama Abd al-Ra'üf. Dengan demikian, tidak dapat dinafikan bahwa spirit reformasi Islam di Timur Tengah, yaitu rekonsiliasi tasawuf dan syariat (ortodoksi), tentu saja, banyak sedilotnya, memengaruhi sikap, pendekatan dan kecenderungan intelektual serta membentuk kerangka pemikiran Abd al-Ra'üf pada masa berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun