Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Listen! Cafe: Mendengar dengan Hati | Cerpen Banyu Biru

10 Juli 2024   09:32 Diperbarui: 10 Juli 2024   09:35 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diedit dengan Canva


"Tidak mungkin...."


"Tapi aku ada di sini, Miranda," potongnya, "Berkat kamu aku punya tekad untuk jadi lebih kuat. Aku bertekad mencari kamu. Sekarang aku menemukanmu."


"Lalu apa maksud semua ini?"


"Sejak saat itu, aku merasa sesuatu yang beda dalam diriku. Tiba-tiba aku seperti punya tujuan hidup. Kamu. Kamu Miranda. Aku beruntung bertemu kamu, apakah kamu merasakan hal yang sama?"


Tidak masuk akal. Bagaimana momen sesingkat itu mempengaruhi pria ini? Ini gila. Aku tidak mengenal Buana lebih dari pelanggan Listening Caf. Aku hanya diminta untuk mendengarkan curhatan hati pelanggan, bukan untuk dipermainkan seperti ini. Bos memang mengapresiasiku atas kepuasan pelanggan-pelanggan yang kutangani. Namun, jika ada kesepakan tak lazim antara bos dengan pria ini, ini sudah keterlaluan.


"Katakan seberapa besar uang yang Anda bayarkan kepada bos saya! Saya akan mengembalikan sisanya kepada Anda dan Anda bisa pergi sekarang juga," perintahku geram.


Buana gelagapan, "No,no,no, Miranda. Please, aku berkata jujur. Tolong dengarkan aku, setelah itu aku akan pergi."


"Tidak perlu," ketusku.


Aku tak lagi memikirkan kerapian diri. Yang ada di pikiranku hanyalah keluar dari ruangan kecil ini. Pikirku Listening caf sudah menyalahi tujuannya sendiri sebagai pendengar yang baik untuk orang-orang problematik seperti pria di dalam kamar itu.
Buana? Nama bocah itu, Buana?

Ikuti event Kongsi: https://bit.ly/KONGSIVolume1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun