Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan | Cerpen Banyu Biru

1 Juni 2024   13:09 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:03 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan gegabah. Koh Ali lebih paham membunuh dengan cantik dari pada kita. Kita bawa saja ke rumah sakit."

"Tapi kita bisa bantu meringakan kerjaan Bos."

Om Rudi menggeplak kepala temannya itu, "Goblok. Perempuan ini enggak boleh lecet. Dia harus tetap bagus saat ritual."

Laki-laki itu tidak lagi membantah. Mobil melesat cepat dan tiba di rumah sakit. Area parkir sepi tanpa lalu lalang. Hal yang wajar karena ini hampir tengah malam. Aku dibawa dengan keadaan kaki dan tangaan terikat serta mulutku disumpal kain yang entah bekas apa, bau busuknya membuatku ingin muntah. Aku terus meronta, tetapi gengaman mereka sangat kuat. Aku dibawa melewati ruang rawat jalan dan sentral oksigen, kemudian memasuki bangunan bertuliskan 'Gudang Umum'.

Ternya di sana Om Ali dan Tante Meylin sudah Bersiap. Om Rudi dan tenmannya terengah-engah sehingga mereka menjatuhkanku begitu saja setelah berada di ruangan berarOma obat-obatan khas rumah sakit.

"Ini, Ko," kata teman Om Rudi dengan tersengal.

Om Ali dan istrinya tersenyum. Aku melihatnya lebih kepada menyeringai. Mata sipit keduanya tampak menyeramkan dari pada menggemaskan seperti mata yang dimiliki Herman.

"Baringkan dia," perintah Om Ali.

Om Rudi dan temannya dengan tubuh yang masih berat, berusaha mengangkatku ke ranjang operasi. Entah apa yang akan mereka lakukan yang pasti lampu operasi ini begitu menyilaukan. Om Ali dan istrinya di balik busana siap operasi menambah kengerian ruangan ini. Katanya reputasi Om Ali sebagai dokter bedah dan Tante Meylin sebagi dokter anestasi sangat bagus di sini, tetapi kali pertama melihat mereka melakukan tugas dengan mempraktikkannya langsung menggunakan tubuhku, aku sepenuhnya ragu.

"Mah!" Om Ali menganggukkan kepala. Tante Meylin menangkap kode tersebut.

Tante Meylin terlihat seperti meracik cairan yang kalau adegan di film-film berarti obat bius. Om Ali membalikkan tubuhku dengan kasar. Om Rudi dan temannya juga turut membantu memegangi kaki dan tanganku. Aku merasa ngeri dengan pemaksaan ini sehingga badanku terasa dingin. Aku meronta sejadi-jadinya walau aku tak bisa menandingi tenaga ketiga pria dewasa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun