Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Nikmat Kematian | Cerpen

1 Juni 2023   13:52 Diperbarui: 5 Juni 2023   11:17 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Botak tercengang. Dadanya kembali naik turun ketika sosok itu menoleh ke arahnya. Ia bergidik ngeri ketika lidah sosok itu dijulurkan. Mengendus-endus lengan laki-laki itu seperti memastikan aroma santapnya untuk menggenjot nafsu makannya.

"Jangan... jangan... aku mohon. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku. Tolong," racaunya.

"Kau memang tidak akan mengulanginya lagi. Karena kau akan berakhir disini," ketusku.

Laki-laki itu terbelalak. Antara tak terima atau pasrah, yang pasti ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain meraung kesakitan. Apa lagi saat sosok itu meregangkan lengannya, menariknya tanpa ampun hingga tulang lengan atas dan bawahnya terpisah. Darah muncrat mengenai wajah laki-laki itu membuatnya mengejang ketakutan. Matanya seperti ingin melompat ketika melihat sosok itu berusah mencopot lengan atasnya.

Laki-laki itu melemah. Suaranya semakin lirih. Kondisinya sekarang seperti figur yang bisa dibongkar pasang. Ia dipreteli bagian demi bagian mulai dari lengan, kaki, paha sampai ke pinggang. Laki-laki itu telang hilang kesadaran sepenuhnya.

Aku menarik napas lega. Permainan malam ini sudah selesai dan aku ingin keluar sebentar dari dunia ini. Sedang pada langit-langit kamar, seekor laron tengah terperangkap di dalam mulut seekor cicak. Tanpa bermaksud mengusik hewan itu, aku bangun dengan hati-hati. Mengelap keringat yang membasahi sekujur tubuh sebelum kembali tidur. Aku harus tidar nyenyak malam ini supaya besok siap mendengarkan berita segar yang buat gempar.

Cicak itu masih menempel di langit-langit. Aku mengamatinya dengan bangga. Sama seperti hewan kecil itu, ternyata aku juga bisa. Manusia punya hasrat untuk membunuh. Mereka hanya terbentur oleh norma. Hukum yang katanya bisa menciptakan keteraturan. Cuih! Keteraturan itu ilusi. Hukum hanya alat untuk mengendalikan manusia-manusia lainnya. Aku tidak akan bisa dikendalikan oleh siapapun. Ingat, aku menikmati aroma kematian. Sekali berharap kau mati, kau mati. Itu kemampuan yang sekarang kupunya.

Foto diri Penulis
Foto diri Penulis

Rapael Sianturi (a.k.a Banyu Biru) adalah tenaga pendidik yang memiliki ketertarikan dalam menulis fiksi. Selain menjadi pengajar di
sebuah sekolah swasta, saat ini juga terus melatih keterampilan menulis dengan menjadi kontributor dalam berbagai proyek antologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun