"Bon! Awas!" teriakmu.
Bonar terlambat menyadari. Di depannya ada sebuah truk yang melambat dengan tiba-tiba. Ia berusaha melepas gas dan menginjak rem.
Dalam waktu yang singkat, kerumunan memenuhi jalanan. Ada dua orang anak muda yang tergeletak. Satu dari antara keduanya tidak bergerak sama sekali. Dari pergelangan tangannya mengucur darah yang deras, bercampur dengan air hujan yang masih menggenang. Telapak tangan telah terpisah dari pergelangannya. Wajah orang itu tak bisa dikenali. Hancur.
Satunya lagi adalah kau. Kau meringis kesakitan. Tubuhmu juga penuh dengan luka. Darah mengucur deras dari lutut. Tulang lututmu pecah dan benda keras itu menyembul. Kau tak bisa bergerak. Kau mungkin mengharap bantuan segera datang tetapi kerumunan lebih sibuk menonton dengan tampang kasihan. Mereka menghambat jalan orang-orang yang masih sadar untuk segera memberi pertolongan.
***
Setelah lebih dari satu bulan, baru kau bisa bebas dari aroma rumah sakit yang menyengat. Tempat pertama yang kau minta untuk kau datangi adalah rumah baru bagi kawanmu, Bonar.
"Bon, terkait kondisi ban motor yang kubilang melayang dan kau bilang terbang itu, itu namanya aquaplaning. Aku baru mencarinya di google dan baru tahu kalau benar-benar ada istilahnya. Maaf aku tidak bisa menjelaskan dengan lebih baik. Lalu, aku pernah bilang kalau aku tidak membenci hujan? Aku tidak membenci hujan bahkan saat Bapakku juga mati karena hujan. Sekarang aku membencinya karena kau. Terakhir, sepertinya kita memang tidak bisa menyuap Tuhan. Buktinya, kau tidak punya cukup waktu untuk menabung, dan mungkin, hidup yang kujalani sekarang tidak setimpal dengan tabungan yang kupunya. Jadi, bagaimana menurutmu?" Â Â Â Â Â