Artinya pengetahuan setinggi apapun tanpa disertai kasih kita hanya akan jatuh dalam kesombongan yang justru menghancurkan kita dan menajuhkan kita dari Allah. Kasih mampu membangun kita semua sebab kasih menutupi banyak sekali dosa ( Amsal 10:12, 1 Petrus 4:8)
c. Â Kesombongan karena presatasi.
 Siapa yang tidak bangga terhadap diri sendiri apabila mencapai sebuah prestasi? Apalagi jika kita sudah bersusah payah untuk mencapainya. Tetapi hati-hati, jangan sampai kita jatuh dalam dosa kesombongan. Terkadang pencapaian bisa menjadi pencobaan dengan membuat antara kebanggaan dan kesombongan seolah-olah samar-samar dan tidak tahu batasnya.
Kita bisa menjadi orang yag selalu ingin dipuji. Namun hal yang menjadi pegangan hidup kita adalah, segala kemampuan dan pencapaian yang kita terima harus kita persembahkan kepada Allah sebab itu semua diberikan kita agar kita menjadi persembahan yang layak bagi Allah ( 2 Timotius 2:15). Jerry juga mengingatkan bahwa Allah juga berdaulat atas keberhasilan kita. Dalam 1 Samuel jelas diajarkan bahwa Allah yang membuat miskin atau kaya, merendahkan atau meninggikan.
Oleh karena itu jangan sampai kita berpikiran apa yang kita raih semata-mata hanya hasil jerih payah kita. Tanpa berkat Tuhan kita tak mampu melakukan-Nya
d. Kesombongan karena jiwa yang bebas.
Jerry Bridges menjelaskan 2 indikator bebas pada bagian ini yaitu perlawanan terhadap otoritas (khususnya otoritas rohani) dan sikap tidak mau belajar. Kalau dipikir-pikir siapa yang tidak ingin bebas? Tetapi bebas seperti apa? Bebas tanpa kontrol atau bebas tetapi terikat? Bebas tanpa kontrol artinya tidak mempedulikan batasan-batasan yang ada baik batasan moral, lingkungan dan sebagainya namun bebas tapi terikat adalah kebebasan yang kita miliki barada dalam batasan tertentu.
Contohnya ikan. Ikan akan bebas di habitatnya (air) namun akan terbatas bahkan mati jika ia berada di darat. Bahkan ikan juga memiliki batasan antarai air tawar atau air laut. Demikian juga manusia, kita bebas melakukan apa saja tetapi jangan sampai melewati batas yang ditentukan yaitu prinsip-prinsip esensial yang diajarkan dalam Alkitab.
Kita akan selalu berada di bawah otoritas. Di rumah otoritas tertinggi adalah orang tua, di kelas otoritas tertinggi adalah wali kelas, wali kelas harus tunduk pada kepala sekolah dan banyak lagi. Namun Alkitab dengan jelas mengajak kita untuk tunduk pada otoritas sebab mereka yang bertanggung jawab atas kita (Ibrani 13:17) apabila kita ingin lepas dari otoritas maka kita harus siap dengan segala konsekuensi yang mungkin akan terjadi.
Bagaimana dengan otoritas rohani? Jerry mengatakan otritas rohani artinya harus ada orang yang secara tulus mengingkan yang terbaik bagi kita serta menasihati kita dengan nasihat Alkitabiah yang bijaksana. Disinilah kita harus memiliki kemauan untuk belajar.
Saya teringat perkataan care group leader saya yang mengatakan " jika ada orang yang menagatan bahwa aku memang begini orangnya, sudah dari sononya ya mau gimana lagi?" ini adalah ciri orang yang tak mau belajar dan tidak mau bertumbuh.