Mohon tunggu...
Raodah Tul Ikhsan
Raodah Tul Ikhsan Mohon Tunggu... Lainnya - gloridae

Berharap tulisan dalam blog ini dapat menambah informasi yang dibutuhkan pembaca dan secara pribadi terus mengasah teknik menulis yang lebih baik bagi saya pribadi. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Sekian, terima kasih! Kalian bisa mengunjungi blogku di https://gloridae.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Menyelami Dunia Buku Penuh Kegilaan dalam "Rumah Kertas"

18 Juli 2023   13:59 Diperbarui: 1 Agustus 2023   11:59 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Tokoh Aku adalah sosok yang menggantikan Bluma di Jurusan Sastra Amerika Latin, memakai ruang kantornya dan mengajarkan mata kuliahnya. 

Suatu ketika ada sebuah paket untuk Bluma yang dikirim seseorang ke alamat kantornya tersebut, berisi sebuah novel dengan judul The Shadow-Line karya Joseph Conrad yang dipenuhi dengan semen yang sudah mengeras. Hal tersebut memancing rasa penasaran tokoh Aku dan dimulailah perjalanan untuk mencari tahu asal-usul buku tersebut.

Sementara tokoh lain, Carlos Brauer adalah seorang yang kenal dekat dengan Bluma. Pecinta buku yang gila sampai rumahnya dipenuhi oleh ribuan buku.

Buku juga memengaruhi kewarasannya, saat ia harus mengelompokkan buku berdasarkan kekerabatan. Dia juga tidak meletakkan secara bersebelahan buku yang penulisnya bermusuhan.

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

Rumah kertas adalah buku yang tepat bagi para pecinta buku, Domnguez juga menceritakan tentang tipe-tipe pecinta buku, diantaranya seorang kolektor buku (bibliofilia) yang mengagumi buku seperti suatu objek yang indah. 

Para bibliofilia tidak jarang rela mengeluarkan uang untuk mengoleksi berbagai macam jenis buku dengan edisi terbatas dan langka. 

Sedangkan lainnya, adalah para kutu buku tulen yang tidak hanya sekedar membeli dan dikoleksi, tetapi sanggup mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk buku yang menyita waktu mereka berjam-jam hanya untuk mempelajari dan memahaminya.

Lewat buku ini Domnguez juga menyampaikan kritik sosial, seperti gaya merendah yang sebenarnya hanya omong kosong, seperti pada kutipan:

"... kita pajang buku-buku kita ibarat otak kita sedang dikuak lebar-lebar untuk diteliti, sambil mengutarakan alasan-alasan omong kosong dan basa-basi sok merendah soal jumlah koleksi yang tak seberapa"

Penulis ingin menyampaikan bahwa kesombongan tidak selalu diungkapkan dengan hal-hal besar, tetapi dapat juga dengan mengecilkan hal-hal yang nyatanya memang besar. Khusus untuk dunia kepenulisan, Domnguez juga menyindir soal penerbit dan diskusi buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun