Mohon tunggu...
Ira Nuraeni
Ira Nuraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Program Studi Ilmu Komunikasi || 23107030051

Penulis adalah perempuan berdarah Sunda yang kini sedang menempuh studi di kota Pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyambut Idul Adha: Mengapa Tidak Seantusias Idul Fitri?

16 Juni 2024   14:41 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:tribunnews.com

Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan dua hari besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Keduanya merupakan momen penting dalam kalender Islam yang dirayakan dengan ibadah dan tradisi. Namun, seringkali terlihat bahwa perayaan Idul Fitri dirayakan dengan lebih meriah dan antusias dibandingkan dengan Idul Adha. Mengapa demikian? Hal ini bisa terjadi dikarenakan beberapa faktor.

Konteks Sejarah dan Budaya

Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan, dianggap sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam, dan keberhasilan menjalankannya dirayakan dengan penuh suka cita. Selama bulan Ramadhan, umat Islam menahan diri dari makan dan minum mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Ketika Idul Fitri tiba, umat Islam merayakan keberhasilan mereka menunaikan ibadah puasa dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur.

Budaya di berbagai negara Muslim juga mempengaruhi bagaimana Idul Fitri dirayakan. Di banyak negara, Idul Fitri adalah momen untuk berkumpul dengan keluarga besar, saling memaafkan, dan mempererat tali silaturahmi. Tradisi ini menciptakan suasana yang sangat meriah dan penuh antusiasme.

Di sisi lain, Idul Adha dirayakan sebagai peringatan atas kesediaan Nabi Ibrahim (AS) untuk mengorbankan putranya Ismail (AS) sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Meskipun kisah ini sangat penting dan menjadi inti dari perayaan Idul Adha, tidak semua orang merasakannya dengan intensitas yang sama seperti puasa Ramadhan yang dijalani setiap hari selama sebulan penuh. Idul Adha lebih fokus pada pengorbanan dan ketaatan, yang mungkin tidak langsung terkait dengan aktivitas sehari-hari seperti puasa di bulan Ramadhan.

Persiapan dan Tradisi

Persiapan menjelang Idul Fitri sangat kental dan meriah. Banyak keluarga yang membersihkan rumah, membuat kue khas lebaran seperti nastar dan kastengel, serta membeli baju baru. 

Persiapan ini menciptakan suasana yang penuh semangat dan antusiasme menjelang hari raya. Selain itu, tradisi mudik atau pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga besar juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di banyak negara, termasuk Indonesia. 

Ditambah lagi ketika Idul Fitri ada momen bagi-bagi THR yang menambah antusias menyambut hari raya Idul Fitri. Semua kegiatan ini meningkatkan antusiasme dan suasana meriah menjelang Idul Fitri.

Sebaliknya, persiapan untuk Idul Adha lebih fokus pada penyembelihan hewan qurban. Meskipun ini adalah ibadah yang sangat mulia dan penting, kegiatannya lebih bersifat ritual keagamaan dan tidak melibatkan persiapan yang meriah atau perayaan besar-besaran di rumah. Persiapan yang dilakukan biasanya berkaitan dengan pemilihan dan pembelian hewan kurban serta pengaturan teknis penyembelihan dan distribusi daging qurban.

Aspek Ekonomi

Idul Fitri sering kali disertai dengan pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) di Indonesia, yang menambah daya beli masyarakat. Hal ini memungkinkan banyak orang untuk berbelanja lebih banyak, baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk memberikan hadiah kepada kerabat. 

Aspek ekonomi ini juga berkontribusi pada suasana perayaan yang lebih semarak. Pusat perbelanjaan dan pasar-pasar tradisional menjadi sangat ramai menjelang Idul Fitri, dengan berbagai penawaran diskon dan promosi khusus lebaran.

Di sisi lain, Idul Adha tidak memiliki tradisi pemberian tunjangan khusus. Pengeluaran lebih difokuskan pada pembelian hewan qurban, yang meskipun sangat penting, tidak menimbulkan euforia belanja yang sama seperti menjelang Idul Fitri. Pembelian hewan qurban adalah bentuk ibadah yang sangat mulia, namun tidak memicu lonjakan aktivitas ekonomi di sektor ritel seperti yang terjadi saat menjelang Idul Fitri.

Fokus Religius

Idul Adha sering dianggap lebih religius dan reflektif. Esensinya adalah pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta solidaritas sosial melalui pembagian daging qurban kepada yang membutuhkan. Ini memberikan nuansa perayaan yang lebih tenang dan khidmat dibandingkan dengan Idul Fitri, yang lebih bersifat sosial dan perayaan kemenangan.

Idul Fitri, di sisi lain, meskipun juga memiliki makna religius, lebih menekankan pada kebahagiaan dan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan. Hari ini dirayakan dengan penuh suka cita, diiringi dengan makanan enak, pakaian baru, dan pertemuan keluarga. Hal ini menciptakan suasana yang lebih meriah dan penuh kegembiraan.

Keterlibatan Komunitas

Selama bulan Ramadhan, umat Islam secara intensif terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial. Mulai dari tarawih berjama'ah di masjid, tadarus Al-Quran, hingga berbuka puasa bersama. Keterlibatan komunitas yang tinggi ini menciptakan ikatan yang kuat antaranggota masyarakat, yang puncaknya dirayakan dengan meriah pada Idul Fitri.

Sebaliknya, keterlibatan komunitas dalam persiapan Idul Adha lebih terfokus pada penyelenggaraan kurban. Meskipun kegiatan ini juga melibatkan banyak orang dan memiliki nilai sosial yang tinggi, sifatnya lebih terpusat pada proses penyembelihan dan distribusi daging, yang tidak selalu menciptakan suasana perayaan yang meriah.

Meskipun kedua hari raya memiliki makna dan kepentingan yang sama dalam Islam, perbedaan dalam konteks sejarah, tradisi, persiapan, aspek ekonomi, dan fokus religius membuat perayaan Idul Fitri terasa lebih meriah dan antusias dibandingkan dengan Idul Adha. 

Namun, penting untuk diingat bahwa keduanya memiliki nilai yang sangat penting dan masing-masing memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempererat tali silaturahmi. Kedua hari raya ini, dengan cara mereka masing-masing, mengajarkan nilai-nilai yang sangat berharga dalam kehidupan beragama dan sosial umat Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun