Mohon tunggu...
Ira Nuraeni
Ira Nuraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Program Studi Ilmu Komunikasi || 23107030051

Penulis adalah perempuan berdarah Sunda yang kini sedang menempuh studi di kota Pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Terlanjur Toxic Parents: Komunikasi Asertif dan Dukungan Emosional Menurut Dr. Aisah Dahlan

6 Juni 2024   22:34 Diperbarui: 7 Juni 2024   01:06 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah "toxic parents" mengacu pada orang tua yang perilaku atau tindakannya dapat merugikan perkembangan emosional dan psikologis anak-anak mereka. Meskipun mungkin sulit untuk diakui, orang tua dengan sifat atau pola asuh yang merusak ini bisa hadir dalam berbagai bentuk, termasuk kontrol berlebihan, pengabaian, manipulasi emosional, serta kekerasan fisik atau verbal. Dampaknya bisa bertahan lama, mempengaruhi hubungan, kepercayaan diri, dan kesehatan mental anak hingga dewasa.

Ciri-ciri toxic parents meliputi beberapa hal. Orang tua yang selalu berusaha mengendalikan setiap aspek kehidupan anak, termasuk pilihan teman, karier, atau pasangan hidup, menunjukkan kontrol berlebihan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka mengetahui yang terbaik, tetapi pendekatan ini dapat menghambat kemandirian dan pengembangan identitas anak. 

Selain itu, toxic parents seringkali gagal memberikan dukungan emosional yang memadai. Mereka mungkin tidak mau mendengarkan atau meremehkan perasaan anak-anak mereka, menyebabkan anak merasa tidak dihargai atau diabaikan.

Toxic parents juga cenderung memberikan kritik berlebihan dan pelecehan verbal. Orang tua yang terus-menerus mengkritik atau menghina anak mereka dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri anak. 

Pelecehan verbal, seperti panggilan nama atau ejekan, dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam. Beberapa orang tua menggunakan rasa bersalah, ketakutan, atau manipulasi emosional untuk mengendalikan anak-anak mereka. 

Taktik ini bisa sangat merusak, menyebabkan anak merasa terjebak atau tidak berdaya. Kekerasan fisik adalah bentuk paling ekstrem dari toxic parenting. Ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik tetapi juga trauma psikologis yang mendalam dan berkepanjangan.

Dampak dari pola asuh yang merusak ini bisa sangat luas dan berjangka panjang. Anak-anak dari toxic parents mungkin mengalami masalah seperti rendahnya harga diri, mengingat terus-menerus dikritik atau diabaikan dapat menyebabkan anak tumbuh dengan perasaan rendah diri dan kurang percaya diri. Toxic parenting sering dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). 

Anak-anak yang dibesarkan oleh toxic parents mungkin kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Mereka mungkin mengulangi pola asuh yang sama dengan pasangan atau anak-anak mereka sendiri. 

Selain itu, anak-anak dari toxic parents sering kali kesulitan mempercayai orang lain, mengingat pengalaman mereka dengan orang tua yang tidak konsisten atau manipulatif.

Proses penyembuhan dari pengalaman dengan toxic parents bisa panjang dan menantang, tetapi beberapa langkah berikut dapat membantu. Langkah pertama dalam penyembuhan adalah mengenali dan menerima bahwa perilaku orang tua adalah masalah, dan bahwa Anda berhak mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Terapi atau konseling dapat sangat membantu dalam memahami dan memproses pengalaman masa lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun