Serangan Belanda di Gembol membuat banyak jatuhnya korban. Banyak bangunan dan rumah warga yang hancur akibat serangan udara belanda yang mengerikan itu. 1 tahun kemudian di tahun 1949 angkatan perang Belanda semakin menggila di Indonesia. Mereka menyebut para tokoh yang ingin negara ini merdeka mengecapnya dengan penghianat. Padahal mereka lah penjajah.
Â
Di Gembol hiduplah seorang pemuda yang tangguh dan gagah perkasa, ia dijuluki "si Kancil" Karena ahli dalam strategi penyerangan dan pertahanan. Ia sangat ingin dan bertekad untuk mengusir penjajah dari negeri ini. Ia bernama Dendi.
Dendi yang masih berusia 20 tahun, berhasil membuat Belanda kewalahan. Bahkan memeras para anak borjuis Belanda. Dendi bahkan memimpin jalannya geriliya di Gembol.
"Divisi Belanda akan masuk ke Gembol dari arah timur, jam 8 malam saat kita sedang lengah. Aku mendengar info ini dari anak-anak borjuis itu" Kata Dendi. "Kita harus segera membuat ancang-ancang" Ucap zaenal yang begitu semangat. "Ya, aku punya ide yang cukup brilian" Jawab dendi. "Apa tu Cil? " Tanya Renald. "Di arah timur ada jembatan yang agak rapuh, kita hancurkan jembatan itu ketika logistik Belanda memasuki jembatan" Ucap Dendi sambil mengelus dagu dan melihat map. "Hem, lalu apa lagi? " Tanya Renald. "Disana pasti ada Komandan nya, dan aku ingin kalian terus incar komandan mereka untuk kita sandra. Selain itu, kita akan pasang senapan mesin yang mengarah dari arah bukit untuk menghantam pasukan mereka dari 2 arah" Ucap Dendi sambil lansung menyiapkan peralatan. "Siap cil, ayo gas keun" Jawab Zaenal dengan 30 orang pasukan yang lansung bersemangat.
Jam 7.50 malam, Terlihat pasukan Infanteri Belanda memasuki wilayah timur Gembol. Dengan logistik di tengahnya. Ketika mereka memasuki jembatan Magon, ledakan besar terjadi yang mengakibatkan komandan perwira angkatan Darat mereka keluar dari mobil.
"Apa-apa an ini?! " tanya Kapten Edward Gustanpo
"Kapten, serangan dari pihak pemberontak" Jawab Letnan Gyard
Bom yang begitu dahsyat membuat jembatan ambruk yang dimana tak lama kemudian tikaman peluru menyerang para infanteri yang masih terkaget dengan ledakan tadi.
Pasukan Belanda banyak yang mati. Namun, mereka tak sempat untuk melarikan diri karena sudah di kepung dari berbagai arah. Antara pasukan pejuang dengan warga sipil sudah bersatu.
Komandan Gustanpo akhirnya disandera dan diinterogasi oleh Dendi. Gustanpo awalnya meremehkan dan mengatakan bahwa Belanda akan menyerang mereka seperti gajah menyerang semut. Namun, dendi mengatakan bahwa merekalah yang akan mati dengan mengenaskan layaknya gajah yang digigiti oleh semut dengan cara geriliya. Dendi membuat mental Gustanpo jatuh dan benar-benar seperti orang bodoh. Gustanpo akhirnya meminta belas kasih dengan membocorkan semua rahasia militernya. Setelah itu, Dendi pun memenjarakan Gustanpo di bawah tanah dengan penjagaan yang ketat.
Kanet menyarankan untuk Dendi pergi ke ibukota dan menemui soekarno serta hatta untuk memberi tau tentang data yang dibocorkan oleh Gustanpo. Akhirnya Dendi pun menyetujui. Ia pun bersiap untuk pergi ke Batavia.
"Kita harus segera melepas belenggu penjajahan ini" Ucap soekarno. "Tapi engkau tau bahwa ini memang tak mudah" Jawab hatta. "Kita harus gencar menekan Belanda di forum internasional. Kita harus sediakan bukti-bukti yang dapat menjatuhkan mereka" Ucap soekarno sambil memejamkan mata. "Sahabat ku, aku ingin mengatakan sesuatu" Kata hatta dengan serius. "Apa itu? " Tanya soekarno. "Apa kau yakin, setelah Belanda pergi dari negeri ini, kita akan lansung maju? " Tanya hatta yang lansung membuat Soekarno terdiam membeku. "Aku yakin! Kita bisa Ta ! " Jawab soekarno di malam hari itu.
Kessokan harinya jam 10.00 pagi, Soekarno dan Hatta mendapati Tamu dari Gembol yang tak lain adalah Dendi. Dendi menceritakan semua yang ia tau. Soekarno-Hatta tertarik dan mempercayai apa yang diucapkan Dendi karena memang sesuai dengan kenyataan yang ada.
Beberapa bulan kemudian, akhirnya Indonesia menang melawan Belanda dipengadilan internasional. Belanda dipermalukan dengan bukti-bukti yang ada.
Setelah Belanda pergi, apa yang ditakutkan hatta pun terjadi. Banyak orang yang ingin mementingkan kepentingan golongan nya sendiri. Bahkan teman sejawatnya itu memaksakan kepentingan nya. Dendi yang saat itu menduduki kursi ketua DPR dibuat bingung. Harus memilih kebebasan atau kepemimpinan. Akhirnya Dendi pun memutuskan untuk menggagas 2 konsep, yaitu kebebasan yang Terpimpin. Dengan konsepnya itu di tahun 1980 Indonesia berhasil menjadi negara yang superpower.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H