Angin dan air saling berbaur menjadi satu untuk menyapaku di tengah lapang yang sangat luas. Tanah dan lumpur menghiasi lapangan di tengah hawa yang dingin. Suara sang naga biru langit telah menyambar ke berbagai arah. Ini adalah bukti dan saksi bahwa aku pernah berjuang.
      "hey oper ke sini" teriak ku. Yang tak lama dia berikannya operan pada ku. lalu, aku pun menembakkan hasil operannya ke dalam gawang musuh dengan spektakuler. pertandingan ini adalah laga yang bergengsi. selama 7 kali pertandingan, tim ku hanya sampai di final dengan juara ke-2. Tak pernah bagi tim ku untuk mendapatkan juara ke-1. Bahkan hari ini, walau aku memberikan goal yang spektakuler. namun, tetap saja kami kalah. 3-1, itulah hasil pertandingannya. Aku sebagai ketua tim tetap menerima dan bersabar serta menyemangati teman-temanku untuk terus maju.
      Pelatihku  bernama Abrelta Gizmat dari Timur tengah akan digantikan oleh Marelt Brown dari Jerman. Aku dan timku sepakat untuk memberikan pak Gizmat sebuah hadiah yang bisa ia kenang. Karena selama 3x pertandingan, ia terus bersama kami.
      Setelah aku berada di rumah, aktivitas yang biasanya aku lakukan jika tidak ada kegiatan lain adalah dengan menonton bola di youtube atau aplikasi khusus olahraga bola. aku biasanya menonton film bola untuk meningkatkan skill dari dalam diriku, apalagi jika aku menonton dari idolaku.
      Aku sekolah kelas 11 SMA, dengan kehidupan yang cukup. Aku bertekad sangat ingin membahagiakan orangtuaku dengan menjadi yang aku mau, yaitu seorang pesepak bola yang profesional. Namun, walau aku sering latihan bola, tidak mengganggu jadwal latihan dengan belajarku. Aku dilatih kedisiplinan dari sejak kecil hingga dewasa sekarang oleh orangtuaku.
"den, tuang heula yu (makan dulu yu)" kata ibuku yang memanggilku dari belakang pintu.
" iya mah, nanti dendy makan. Sebentar lagi ya mah" jawabku. Aku termenung dengan nasib diriku hari ini, aku insecure sekali dengan kehidupan ini. ketika mengingat "akan jadi apa aku di masa depan" disitulah diriku tiba-tiba diam membisu seperti es batu. Akhirnya beberapa menit kemudian, akupun menyantap makanan yang sudah mamah hidangkan untukku. Aku sangat bersyukur mempunyai seorang mamah yang sanggup dan kuat menerima aku, dengan segala kekuranganku, ia tetap menyayangiku.
"mah, makasih ya. Enak banget makanannya. Dendy kenyang hehe" ungkapku
"iya atuh (dong). Sok tambah deui den (ayo tambah lagi)" kata ibuku.
"kenyang mah aduh, tapi siaplah dendy habisin aja ya hehe" kataku dengan iseng sambil ketawa
"haha nya sok atuh, meh beuki kasep jeng gagah (haha iya ayo, biar semakin ganteng dan gagah)" kata ibuku.
      Akhirnya aku pun menyantap habis hidangan yang telah disediakan tanpa tersisa sedikitpun. Ibuku sering memberikan suatu pesta makan seperti ini ketika aku selesai berlomba, kejutan ini memang lah kecil. Namun, sebuah yang special bagi hidupku dan berarti.
"sok gera bobo, isuk sakola dendy teh. Komo senen isukan teh. Geus we nu beberes ie mah, ku mamah we (ayo segera tidur, besok dendy sekolah. Apalagi besok itu hari senin. Udah aja yang beres-beres ini, biar sama mamah saja)" kata ibuku
"gapapa mah, dendy ingin bantu mamah. Biar bisa mempermudah" jawabku
"gapapa- gapapa. Ayo tidur aja, kamu dengan serius sekolah. Kamu mendapatkan sebuah hasil di sekolah juga itu udah buat mamah dan bapa kamu bahagia. Kamu juga selain ingin jadi pemain bola harus bisa pinter akademik, biar kamu bisa menikmati semua kehidupan ini" ungkap ibuku dengan nada yang serius.
      Akhirnya aku pun pergi ke kamarku dan merenungi ucapan ibuku yang sangat mengharapkanku. Lalu, dengan itu dan di hari itu aku benar-benar bertekad untuk mencapai segala keinginanku. Aku mulai bangun subuh dan lansung beraktivitas dengan sangat aktif seperti melakukan olahraga, membaca buku yang dapat mengubah mindset, dan hal yang lain yang lebih baik setiap harinya.
      Akhirnya dalam waktu 3 bulan hasilnya mulai terlihat sedikit demi sedikit, yaitu aku mendapatkan nilai yang tinggi dalam kelas, aku bisa cepat mengerti materi, aku pun mulai jauh lebih disiplin dari sebelumnya. Ini adalah sebuah anugrah yang diberi oleh sang Maha Kuasa. Namun, yang namanya hidup tak luput dari sebuah ujian dan tantangan. Ayahku menghilang ketika sedang bekerja di pertambangan dan ibuku jatuh sakit. Duniaku benar-benar terasa sangat hancur.
      Saat aku akan pergi ke rumah Jaka untuk mengerjakan tugas kelompok, aku tertabrak mobil ketika menyebrang jalan. Bisa di kata, aku ini tertabrak lari yang menyebabkan kedua kaki ku patah sehingga aku harus rehat untuk beberapa waktu dari bola. Ini merupakan ujian yang sangat berat. Namun, setelah 2 hari kejadian itu. teman-teman sekelas ku mendatangi ku untuk menjenguk ku sebagai sebuah perhatian. Aku sangat bangga mempunyai teman yang di kala susah dan senang dapat membantu.
      Walaupun diriku sedang jatuh parah bak tertimpa tangga, aku tetap melanjutkan sekolah dan aktivitas ku yang sudah melekat pada karakterku. Sholat wajib dan sunnah tidak pernah terlewat. Aku yakin Allah akan membantuku, ujian ini memang lah berat. Akan tetapi, suatu hari hasilnya akan menjadi sebuah perhiasan di tengah telaga.
      Pada suatu hari aku benar-benar bosan, aku memutuskan untuk menyimpan tongkatku di pinggir lapangan dan segera mengambil bola dan membuat beberapa gerakan yang membuat seorang pria misterius terus memerhatikan ku sambil merekamku. Tak lama dari itu, ia lansung mendekatiku dan mengajakku untuk berbicara di tempat duduk di pinggir lapang.
"perkenalkan nama saya Boris Wisdom dari Jakarta" kata Boris sambil tersenyum
"iya. Perkenalkan juga nama saya Dendy dari Gembol" jawabku
"saya melihat potensi dalam dirimu sungguh sangat luar biasa. Dari perspek saya, anda akan menjadi seorang bintang besar" ungkap Boris
"hah? Mana mungkin, Pak Boris ini hanya bisa membuat saya tertawa dan berhalusinasi saja" kataku sambil menggaruk kepala
"Apa kamu mau bermain di Liga milik saya? Saya sangat membutuhkan pemain dengan bibit-bibit emas" tanyanya dengan tatapan yang serius terhadapku
"hmm. Maaf, sebelumnya saya dan bapak tidak pernah ketemu dan tidak tau satu sama lain" kata ku
"baiklah, kamu ambil saja ini identitas saya" kata boris sambil menyerahkan kartu pengenal dan Perusahaan liga nya.
"tapi, apakah hidup saya bisa terjamin jika bergabung kesini?" tanya saya
"Tentu, kamu juga boleh membawa orangtuamu. Bahkan saya pastikan kamu akan hidup dengan kemewahan" Ucapnya sambil berdiri meninggalkan ku sambil melambaikan tangan dan segera menjauh serta mengeluarkan Handphone yang ada disakunya. Â
      Akupun terpana dengan ucapan terakhirnya. Aku segera memberitahu ibuku. Namun, ibuku mengatakan bahwa ia tak bisa ikut sebelum ayahku pulang dan menerima kabar dari ayahku. Akan tetapi, ibuku sangat setuju dengan yang ku impikan, yaitu menjadi seorang bintang. Akhirnya dengan berat hati, aku pun berangkat dengan persediaan dan simpanan barang yang telah diberikan oleh ibuku. Aku pun pergi dari Bandung ke Jakarta melalui kereta.
      Ketika aku berada di Jakarta aku sangat terpana dengan gedung-gedung pencakar langitnya yang sangat mengagumkan. Selanjutnya, tak lama aku pun sampai di tempat milik Pak Boris. Pak Boris segera menyambutku sekaligus tour tempat-tempat yang ada disekeliling itu.
"untuk urusan sekolah dan hal lainnya akan diatur. Itu sangat mudah bagi kami. Kamu dan yang lain akan mendapatkan fasilitas yang layak. Itu sudah saya jamin, sesuai dengan yang saya bilang di awal" kata Boris
"siap pak" jawabku
"kaki mu juga besok akan di obati oleh dokter specialis tulang agar segera sembuh" Sambung Pak boris sambil menyalakan rokok
"secanggih itu ya di kota...." Tanyaku
"hm. Kau akan tau dengan sendirinya nanti." Ungkapnya sambil memegang pundakku.
12 Tahun Kemudian
      Tahun-tahun telah berlalu, kini akhirnya aku menjadi seorang bintang dalam sepak bola di sebuah Liga yang terkenal. Musuh liga ku yang dulu berhasil menjuarai ke-1 berhasil dikalahkan oleh ligaku yang sekarang. Di umurku yang 28 tahun ini, aku berhasil mempunyai properti, aset-aset, dan melakukan beberapa investasi. Ini sungguh sebuah hasil yang sangat manis dari perjuangan yang melelahkan dan berat itu. Banyak pengorbanan yang ku berikan untuk itu. Namun, suatu hal yang sangat menyayangkan dan menyedihkan bagi diriku, yaitu aku tidak mengetahui keberadaan orangtuaku. Aku sudah sangat maksimal mungkin untuk bisa bertemu orangtuaku. Aku benar-benar menangis dalam sujud tahajud ku.
      Hidup merupakan sebuah seni yang diberikan oleh Tuhan untuk dikelola oleh manusia. Meski diriku ini tidak melakukan kejahatan sekalipun, disisi lain tetap ada  orang-orang yang tidak menyukai diriku dan malah membencinya. Namun, aku tidak menghiraukannya. Aku terus maju dan melangkah dengan pendirian dan tekad ku yang sangat kokoh.
"Dends bermainlah dengan bagus di pertandingan Nasional ini. kau harus membuat nama Negeri ini semakin harum di mata dunia" perintah Jean seorang manager Klub Nasional.
"ya, itu pasti. Tenang saja" ungkap ku
"oh iya, kalo gak salah kita tu berangkatnya naik Pesawat ya sir?" Tanya Fodli ke Manager Jean
"iyalah, agar tidak menyita waktu lama" jawab Jean
"bukannya di bulan desember itu rute untuk berangkat lebih ekstrim ya? Ku kira pertandingannya akan di undur" ungkap Natsir
"hm sudah lah DO IT saja. Pasrahkan ke yang di atas" kataku sambil menatap mereka
"ya kau betul"
Menuju Perjalanan
      Sebelum memasuki pesawat, kami semua kompak untuk membaca doa. Setelah selesai berdoa, akhirnya kami pun lansung take off. Saat duduk di pesawat sambil melihat langit dan laut aku meneteskan air mataku. Aku berhasil ketemu dengan teman-teman sekolah dan meneraktir serta membuat mereka bahagia. Akan tetapi, disisi lain aku benar terpuruk ketika tidak pernah lagi bertemu dan berkontak dengan orangtua selama 12 tahun.
"den" sapa seseorang yang isengnya membuatku kaget
"skuy, ada apa?" tanyaku
"aku menemukan informasi orangtua mu" kata Brams sambil tersenyum
"hah? Serius kamu" tanyaku sambil kegirangan
"iya. Kemungkinan besar" jawab Brams
"Mereka tinggal dimana, bagaimana keadaan mereka? Apakah yang terjadi dengan mereka?" tanyaku sambil menangis.
Belom sempat menjawab pertanyaanku tak lama kemudian ada kesalahan kecil yang membuat kerugian yang sangar fatal bagi pesawat yang kami tumpangi. Tiba-tiba pesawat itu jatuh secara perlahan ke laut dan tak lama kemudian meledak. Hanya aku yang kemungkinan hidup sendiri di tengah bongkahan pesawat yang telah tercabik-cabik dengan sisa energi dan nyawa yang sekarat rasanya semua pencapaian ku tak berguna. Namun, aku masih mempunyai tekad untuk masih hidup sampai bisa betemua dengan orangtuaku.
Tokoh yangku idolakan ialah Soekarno, beliau pernah mengatakan "bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, kau akan terjatuh di sekeliling bintang" maka dari itu aku terus maju dan bangkit dalam setiap rintangan yang aku hadapai.
Sambil tersenyum dan menghirup napas akhirnya aku memutuskan untuk rehat sejenak dan menikmati matahari yang terbenam sembari bersyukur atas kehidupan yang Maha Kuasa berikan kepadaku yang baru sekarang aku menyadari bahwa betapa pentingnya arti bersyukur.
"ini adalah jalan yang telah ku pilih. Apa yang akan terjadi selanjutnya den? Huft....Entahlah hanya waktu yang tahu" Â tanyaku pada diri sambil menutup mata secara perlahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H