Dulu, kalau mau kemana-mana harus nunggu transportasi umum yang ga lewat-lewat di sisi jalan. Terlebih lagi naik transportasi umum seperti angkot, kita tuh harus siap akan padat dan sesaknya saat duduk nantinya. Apalagi kalau mau makan pas malam minggu di restoran yang terkenal enaknya, kita harus siap mengantri panjang.Â
Pokoknya dulu tuh super penuh perjuangan banget kalau mau ngerjain sesuatu. Lebay sih, tapi hal ini baru terasa saat satu aplikasi yang berinovasi guna mempermudah semua kerjaan, Grab.
Grab dikenal sebagai Grabtaxi yang perusahaannya berasal dari Singapura. Grab merupakan sebuah revolusi yang berinovasi dari taxi pada umumnya guna meningkatkan rasa kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi para penggunanya.
Grab pun menawarkan beragam layanan yang #SelaluBisa memenuhi kebutuhan para penggunanya. Layanan yang ditawarkan antara lain; bike, car, food, delivery, rent, subscription, eScooter, hotels, pulsa/token, tickets, videos, bills, dan groceries. Grab satu #Aplikasi Untuk Semua.Â
Pengalaman saat menggunakan layanan Grabbike
Dulu saat di bangku SMA, saya sangat sering menggunakan aplikasi ini. Layanan yang saya sering gunakan yaitu Grabbike dan Grabfood. Saya sangat begitu terkesan ketika menaiki Grabbike yang saya tumpangi. Saya memesannya sepulang dari bimbel di Nurul Fikri. Kala itu hujan gerimis, sang driver pun menawarkan helm dan jas hujan kepada saya. Akantetapi, saya menolaknya karena menurut saya jarak yang terlalu dekat dan intinya ribet.
Kemudian, di tengah perjalanan sang driver dengan ramahnya memulai pembicaraan. Padahal saya mengira dia akan mengacangi saya sepanjang perjalanan. Ternyata tidak!. "Kakaknya ini baru pulang ngajar atau abis belajar ka dari tempat les tadi?" tanya sang driver. "Aku baru pulang les ka, hehe", "Wah, kelas 12, ya?","Iya, ka","Wih, mau lanjut studi kemana nih?","Doain ya, ka! Aku pengen di Unpad", "Aamiin pasti bisa lulus kok, hehe. Oiya, doain aku juga yaa tahun ini lulus", "Loh, emang kakanya kuliah dimana terus jurusan apa?", "Aku Hubungan Internasional UIN Jakarta". Sontak, saya kaget setelah mendengarnya.
Seorang mahasiswa sudah mengais rezeki demi tambahan uang itu super keren banget, pikir saya kala itu. Saya pun mengamini harapannya dengan yakin. "Di Unpad nanti mau ngambil jurusan apa?" tanyanya kembali seraya tak mau menutup topik pembicaraan. "Sastra Jerman, ka", "Wih, keren tuh! Aku juga pengen lanjut S2 di Jerman". Tanpa disangka-sangka kami memiliki impian yang sama, kuliah di Jerman.
"Sama ka. Aku juga pengen banget kuliah di Jerman tapi biaya lumayan besar banget dan terlebih lagi kita harus punya sertifikat kelulusan B2 bahasa Jerman", "Iya emang bener banget, haduh. Eh, emang kamu jurusan apa di SMA-nya, kok mau ngambil Sastra Jerman Unpad?", "Hehehe, aku kan jurusan bahasa dan sastra Jerman di MAN 4 Jakarta, nih. Jadi, aku ngerasa yaudah lah lanjutin aja apa yang udah aku pelajarin. Sayang juga kalo dilepasin gitu aja", "Wah, berarti udah punya dasar bisa bahasa jerman, dong? Coba ngomong ", "Ehm, apa ya? Oh, ini aja. Ich bin raihannisa. Ich wohne in bintaro. Ich komme aus Jakarta", "Aku taunya cuman bahasa Jermannya I love you itu Ich liebe dich, hahahaha". Kami pun tertawa bersamaan.
Tak terasa saya pun sampai di tujuan akhir yaitu boarding MAN 4 Jakarta. Saya pun membayar sesuai orderan. Tak lupa mengucapkan terima kasih. Saya pun berlari ke dalam gedung boarding. Tiba-tiba sang driver mengucapkan salam perpisahan dengan suara lantangnya, "Sukses yaaaa Ujiannya! Dadah!" seraya melambaikan tangan kepada saya. Saya pun menjawab, "Dadah, ka! Doain lulus di Unpad yah. Makasi," balas saya seraya melangkahkan kaki ke dalam boarding MAN 4 Jakarta. Saya pun bergumam, perjalanan sekitar 10 menit yang asik!.
Dulu, saya mengira driver ojek online tuh nyeremin. Ternyata pas udah ngerasain, malah enggak sama sekali. Malah ramahnya ga ketulungan. Sebenarnya, saya mengalami kesan yang amat baik setelah memakai aplikasi ini selama kurang lebih lima tahun. Ada driver yang memberikan sebuah pelajaran hidup dengan petuah-petuah hangatnya saat dalam perjalanan, ada juga driver yang membuat hari saya menjadi badmood karena motor yang dibawanya super ngebut, dan ada juga driver yang memberikan kembalian uang lebih saat saya membayar pesanan di Grabfood.
Tidak hanya ramah, para driver Grab pun sangat jujur. Sewaktu saya dan teman-teman saya pulang dari Blok M Square karena sudah larut malam akhirnya kami memutuskan untuk memesan Grabcar. Di dalam mobil kami hanya menikmati heningnya suasana malam hari itu. Kami pun turun setibanya di depan gerbang boarding MAN 4 Jakarta. Kemudian, tak lama teman saya memberi tahu bahwa Hp yang dibawanya tertinggal di dalam mobil yang tadi kita naiki.
Beruntungnya saat saya memesan Grabcar, sang driver menelpon saya untuk mengetahui lokasi penjemputan. Jadi, story miscall pun masih tercatat dalam Hp saya. Saya pun menelponnya dengan harap ia mengembalikannya.
Sang driver mengecek terlebih dahulu dan benar saja Hp teman saya tertinggal. Karena sudah larut malam dan ia terlanjur masuk ke dalam gerbang tol, ia pun memberi saran agar esok hari Hp teman saya di paketkan melalui aplikasi Grab. Dan benar saja, Hp teman saya kembali dengan selamat.
Grab #selalubisa memberi promo tanpa cuma-cuma!
Aplikasi ini sangat ramah di kantong pelajar. Terlebih lagi banyaknya promo diskon yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk mengunduh Grab. Saya pun menjadikan Grab sebagai aplikasi terfavorit di Hp saya.
Aplikasi Grab ini sering sekali memberikan point yang dapat dikumpulkan setelah kita memakainya. Point tersebut dapat ditukarkan dengan e-voucher promo yang tersedia. Akantetapi, point yang dapat ditukarkan sesuai dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.
Promo yang sering sekali saya dapati dalam inbox message yaitu promo Grabfood. Promo Grabfood yang ditawarkan tidak hanya restoran mahal saja melainkan rumah makan dan pedagang kaki lima yang berada di sisi jalan pun kita bisa saja mendapatkan promonya. Sayangnya dikarenakan teknologi yang semakin canggih, banyak yang sudah melakukan transaksi dengan metode cashless. Jadi, kebanyakan promo itu dapat digunakan ketika kita membayar melalui OVO.
Apa sih OVO itu?
Ovo adalah aplikasi yang memberikan layanan kepada penggunanya untuk melakukan pembayaran secara online (OVO Cash). Cara top up OVO ini bisa dilakukan pada driver Grab atau di minimarket seperti Alfamart.Â
OVO tidak hanya memberikan promo saja seringkali OVO juga memberikan cashback yang sangat besar bagi penggunanya. Tak jarang banyak generasi millennial yang lebih sering melakukan pembayaran dengan aplikasi ini.
Grabwheels, layanan ter-hits di kalangan generasi millennial
Pada akhir tahun 2019 ini, Grab meluncurkan layanan terbarunya yaitu Grabwheels atau eScooter. Pada akhir pekan, banyak anak muda yang berbondong-bondong mencoba layanan terbaru ini.Â
Sewa sekuter listrik ini pun terbilang sangat terjangkau sekitar dari harga Rp5.000 per 30 menit. Tentunya tarif sewa yang ditawarkan tiap kota berbeda-beda. Kalau di Bandung harga sewa Grabwheels ini sekitar Rp8.000 per 30 menit.
Sayangnya, layanan eScooter ini belum tersedia di semua titik kota melainkan hanya di beberapa titik kota besar. Seperti Bintaro, AEON Mall BSD Supermarket, Warunk Upnormal Dipati Ukur, Bakso Boedjangan Cihampelas, dan lokasi sewa Grabwheels lainnya.Â
Saya sebagai warga bintaro tertarik untuk mencobanya. Akantetapi dikarenakan saya berkuliah di daerah Bandung timur yang mana eScooter ini belum tersedia. Jadi, saya harus pergi ke kota untuk dapat bisa menikmati layanan murah meriah ini.
Grab #SelaluBisa memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif yang dapat dirasakan yaitu dari sudut penumpang dan pengemudi.Â
Dari sudut penumpang tersendiri merespon bahwa layanan Grab ini memberikan estimasi waktu dan tarif yang lebih baik daripada transportasi konvensional. Terlebih lagi kenyamanan dan keamanan yang ditawarkan grab sangat patut diapresiasi.
Pengangguran di Indonesia tertinggi ke-3 di Asia Tenggara. Grab #SelaluBisa menjadi solusi bagi masalah pengangguran ini. Pada akhirnya, banyak penganggur Indonesia memilih menjadi pengemudi Grab. Hal ini dikarenakan syarat dan ketentuan yang mudah membuat pengemudi Grab membeludak.Â
Driver Grab pun tidak hanya datang dari kalangan pengangguran saja melainkan mahasiswa dan pekerja kantoran yang sudah lelah dengan keotoriteran yang dirasakannya beralih menjadi pengemudi Grab. Itulah merupakan salah satu dampak positif dari sudut pengemudi. Pengemudi yang mendapatkan bintang lima dari penumpangnya biasanya mendapatkan uang tip tambahan dari Grab.
Tiap sudut memiliki sisi positif dan negatifnya
Hal yang sangat disayangkan, pengemudi Grab yang membeludak kebanyakan tidak taat akan peraturan lalu lintas. Pada saat itu, saya melihat kejadiannya di bawah JPO yang menghubungkan dengan stasiun palmerah. Para pengemudi yang sedang menjemput penumpangnya di sisi jalan sehingga akhirnya membuat kemacetan.Â
Tak hanya itu, saat dalam situasi kemacetan sang pengemudi saking tidak sabarnya menerobos trotoar yang pada dasarnya diperuntukkan untuk pejalan kaki. Saya pun sebagai pengguna trotoar merasa tidak nyaman. Rasa-rasanya harus meningkatkan kewaspadaan 2 kali lipat.
Namun, ada hal yang patut dibanggakan juga dari pengemudi Grab ini. Ungkapan solidaritas tanpa batas terbenak antar pengemudi Grab. Seiring dengan banyaknya pengemudi Grab, mereka merapatkan barisan untuk membantu kawanannya yang kesulitan. Muasalnya ada kawanannya yang mendapati kecelakaan.Â
Mereka dengan cepat tanggap menggalang dana di jalan raya. Sampai-sampai jaket hitam hijau khas warna Grab ditempelkan tulisan yang berisi ajakan agar penumpang iba dan memberikan rezekinya kepada kawannya tersebut.
So, tunggu apa lagi? Kuy, download dan aktifkan aplikasi Grab-mu di App Store atau Google Play Store!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H