Mohon tunggu...
Rani Yanti
Rani Yanti Mohon Tunggu... -

Penimba Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Jadi Dokter kalau....

5 Mei 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:03 7732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak yang ingin menjadi dokter karena ingin kaya. Sebentar, coba ditilik lagi. Nabi Muhammad sendiri pernah berkata " Sembilan dari 10 orang kaya adalah pengusaha." Jadi jelas, jika ingin kaya, berdaganglah, berwirausahalah, bukan menjadi dokter. Kalaupun banyak dokter yang kaya sekarang, coba ditilik lagi, berapa lama mereka berjuang mencapai kesuksesan mereka, jatuh bangunnya, atau mungkin sudah jadi rejekinya orang tua mereka kaya, sehingga menurun ke anaknya.

5. Demi Gengsi

Jika menjadi dokter karena gengsi, maka hanya gengsi sajalah yang akan didapatkan. Seumur hidup menjadi dokter hanya terlintas ketakutan namanya, kredibilitasnya akan turun. Sebaiknya fikirkan lagi, menjadi dokter adalah salah satu profesi yang sama dengan profesi lainnya. Jadi, jika Anda pintar, tidak harus menjadi dokter, profesi lainpun sama dengan dokter. Buang jauh-jauh stigma masyarakat yang hampir menganggap dokter adalah setengah dewa, penyembuh penyakit apa saja.

6. Bermental Kerupuk

Untuk masuk di dunia kedokteran, seseorang harus bermental baja dan pemberani. Bukan dengan malam-malam di kamar mayat sendiri, atau berani melihat operasi, atau tega mengkompres luka yang bernanah, dsb. Tetapi bermental baja dan pemberani di sini adalah kemauan yang keras untuk belajar, berusaha, dan bangkit ketika jatuh.

7. Tidak Berempati

Ilmu tanpa agama itu buta. Menuntut ilmu untuk menjadi seorang dokter adalah hal yang susah. Tetapi bukan berarti orang tersebut harus menjadi manusia yang keras hatinya. Empati sangatlah diperlukan agar seorang dokter peka terhadap lingkungannya

7. Tidak Bisa Menerima Kenyataan

Hal yang paling sukar menjadi dokter adalah menerima kenyataan. Bagaimana tidak? Sudah banyak waktu untuk keluarga, untuk dirinya, dan pasangannya yang dia korbankan, hanya demi memperjuangkan kesembuhan pasien. Tetapi setelah berusaha sekuat tenaga, pasien harus menghembuskan nafas terakhir di depannya. Sungguh, bukan hal yang mudah untuk menerima kenyataan itu. Menerima kenyataan adalah salah satu rukun iman bahwa pemberi dan pengambil kehidupan adalah Tuhan.

Nah, sekarang. Masihkah ada yang berminat mempunyai anak, bercucu, saudara, atau Anda sendiri yang ingin menjadi seorang dokter? Kalaupun ada, selamat, semoga menjadi dokter hebat, bermanfaat, dan peduli pada sesama. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun