Mohon tunggu...
Rani elisa purba
Rani elisa purba Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang belajar dan mengajar

Sibuk untuk hidup atau sibuk untuk mati. Menulislah selagi hidup, karena hidup bukan soal durasi tapi kontribusi

Selanjutnya

Tutup

Medan Pilihan

Penumpang Sebelah: Memori Indah

15 Januari 2025   20:42 Diperbarui: 15 Januari 2025   20:42 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu ada hal pertama dalam hidup. Kehilangan dan rumah yang tak lagi sama membuatku nyaris mengurungkan niat untuk pulang ke halaman kelahiranku. Berlari mencari kesibukan kian kemari hingga lelah untuk menghabiskan liburan natal tahun baru kali ini. Akan tetapi tak kunjung kutemukan kehangatan di dalamnya. Kurogoh gawai disakuku, segalanya serasa bekerjasama untuk memandu jemariku membuka aplikasi KAI. Tak butuh waktu lama, kursi 12B di tepi jendela segera kupastikan sebagai tempatku melarikan pikiran dalam perjalanan panjang membuat hasratku segera untuk melepaskan semua lelah lengkap dengan cerita perjalanan ini di atas pusara mereka.

Kereta Siantar Express melaju begitu cepat seolah setuju denganku untuk segera memeluk gundukan tanah tempat pemberhentian terakhir kedua orangtuaku. Denting roda besi yang berpadu dengan desiran angin dari celah jendela memancing nostalgia.

"Permisi Kak" ucap salah seorang wanita muda yang naik di salah satu stasiun pemberhentian membuyarkan masa nostalgia di tepi jendela kereta.

Kupandang mereka dengan sedikit tersenyum. Wanita itu bersama dua putrinya yang cantik dan manis juga ditemani sosok pria bertubuh tinggi dengan perut sedikit buncit berdesakan dengan penumpang lainnya sedang berusaha menyusun barang di tempat penyimpanan di atas kursi penumpang. Gerbong yang kunaiki ini cukup padat wajar jika semuanya berdesakan sebatas merebutkan tempat penyimpanan barang tetapi tidak begitu berisik dibandingkan isi kepalaku.

"Ma, mengapa keretanya mundur?" Tanya salah seorang anak kecil yang duduk tepat dihadapanku. Dengan tenang wanita tersebut memberikan jawaban yang logis kepada putrinya sambil menatapnya dengan penuh kehangatan.

Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dari kedua anak perempuan tersebut, diikuti jawaban dari kedua orangtuanya yang begitu sabar memberikan penjelasan secara perlahan.

Rasa antusias kedua anak kecil itu membuatku merasa antusias ingin bergabung dengan pembicaraan mereka.

Tenggelam di dalam pembicaraan dan canda gurau anak kecil ternyata membunuh waktu begitu cepat. Dua jam perjalanan telah ditempuh.

"Para penumpang yang terhormat, kereta ini akan segera tiba di Stasiun Maranggir. Mohon pastikan barang bawaan Anda tidak tertinggal dan tetap berhati-hati saat turun dari kereta. Terima kasih telah memilih layanan kami. Selamat melanjutkan perjalanan." Pengumuman dari masinis kereta yang sebenarnya ingin kuabaikan harus menghentikan pembicaraan kami.

"Kami turun duluan ya kak". Ucap wanita tersebut sambil kubalas menunduk tak lupa memberikan lambaian dan High Five kepada kedua putri cantiknya.

Sepi itu kembali menemaniku melanjutkan perjalanan, namun bukan sepi nestapa yang kurasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun