Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Air Mata dalam Segelas Jus Stroberi

19 November 2023   20:35 Diperbarui: 25 November 2023   19:04 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Jus Stroberi. (Sumber gambar: Pixabay/Espressolia)

"Kakakku jadi pelaku pembunuhan, meracun seorang bupati," Delfan bicara pelan namun getaran dalam tubuhnya sangat kuat.

Adriani terbelalak dengan air mata yang kian deras membasahi pipinya yang kaku, ia berkata, "Ayahku diracun lewat jus stroberi." Gadis itu meremas gelas kaca yang ia pegang.

"Kakakku melakukannya karena didesak ekonomi, dan ingin membuatku segera memulai kuliah lagi." Delfan melanjutkan ceritanya tanpa menatap Adriani sedikit pun.

"Ayahku dibunuh padahal ia hanya sedang minum jus stroberi di kafe. Ia bahkan menyuruhku mencoba jus itu jika suatu hari berkunjung ke kafe itu."

"Ayahmu...seorang bupati?" Delfan bertanya sambil menahan guncangan tubuhnya.

"Kakakmu...waiter di kafe...sekaligus..." Adriani menjeda kalimatnya.

"Pembunuh bayaran?" lanjut Adriani setelah mengatur napasnya yang mulai sesak.

Hening. Mata mereka yang saling menjawab pertanyaan masing-masing.

Praangg!!

Gelas berisi jus stroberi pecah di lantai kantin yang berdebu. Bersamaan dengan pecahnya isak tangis Adriani di hadapan Delfan yang sedang terguncang setengah mati, di tubuh dan hatinya. Mereka tak bisa berkata-kata, sama-sama hancur tetapi tak kuasa mengutarakan kehancuran sebesar apa yang mengguncang mereka.

Semua mata kini tertuju ke mereka berdua. Bisik-bisik mulai terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun