"Kakakku jadi pelaku pembunuhan, meracun seorang bupati," Delfan bicara pelan namun getaran dalam tubuhnya sangat kuat.
Adriani terbelalak dengan air mata yang kian deras membasahi pipinya yang kaku, ia berkata, "Ayahku diracun lewat jus stroberi." Gadis itu meremas gelas kaca yang ia pegang.
"Kakakku melakukannya karena didesak ekonomi, dan ingin membuatku segera memulai kuliah lagi." Delfan melanjutkan ceritanya tanpa menatap Adriani sedikit pun.
"Ayahku dibunuh padahal ia hanya sedang minum jus stroberi di kafe. Ia bahkan menyuruhku mencoba jus itu jika suatu hari berkunjung ke kafe itu."
"Ayahmu...seorang bupati?" Delfan bertanya sambil menahan guncangan tubuhnya.
"Kakakmu...waiter di kafe...sekaligus..." Adriani menjeda kalimatnya.
"Pembunuh bayaran?" lanjut Adriani setelah mengatur napasnya yang mulai sesak.
Hening. Mata mereka yang saling menjawab pertanyaan masing-masing.
Praangg!!
Gelas berisi jus stroberi pecah di lantai kantin yang berdebu. Bersamaan dengan pecahnya isak tangis Adriani di hadapan Delfan yang sedang terguncang setengah mati, di tubuh dan hatinya. Mereka tak bisa berkata-kata, sama-sama hancur tetapi tak kuasa mengutarakan kehancuran sebesar apa yang mengguncang mereka.
Semua mata kini tertuju ke mereka berdua. Bisik-bisik mulai terdengar.