Milah tak kuasa menahan tangis melihat Nura berteriak parau sambil menggoyangkan jasadnya yang dingin. Ia ingin memeluk, tetapi tidak bisa. Di sisa nafas terakhirnya, ia gagal memberikan hadiah terbaik untuk ulang tahun Nura, entah itu detak jam dinding ataupun detak jantungnya. Semuanya sirna.
**
Rani Febrina Putri. Sedang terjun bebas ke dunia cerpen dan puisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!