Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melepas Bintang

28 Oktober 2023   16:22 Diperbarui: 28 Oktober 2023   16:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: unsplash.com/AlyssaBoobyer

**

     "Bintang!" panggilmu dalam bunga tidurku selepas perpisahan kita. Baru berpisah semalam, nyatanya kau sudah hadir lagi, kali ini dalam mimpi. Kau meneriaki namaku sambil berlarian, membuat rambutmu yang tergerai mengayun-ayun terhempas angin.

     "Aku menghindari bintang-bintang di langit, bukan berarti aku membencinya," kau berkata parau.

     "Lalu?"

     "Aku hanya terlalu silau dengan cahayanya meski itu hanya bintik kecil yang terlihat dari bumi. Aku hanya lautan hitam yang tak punya sinar apa-apa dibandingkan bintik cahaya bintang itu. Kau tahu sendiri, bintang akan selalu jauh dari lautan. Bukan karena mereka saling membenci, tetapi mereka ditakdirkan patah dan merebah pada garis masing-masing."

**

     Di ujung cerita ini akhirnya aku mengerti. Kau bukan tidak menerima perasaanku, tetapi kau hanya tidak bisa membalasnya.

     "Selamat pagi, Pak Bos," sapamu di suatu hari sibuk. Sarung tangan yang kau pakai penuh dengan tepung. Pekerja lain di sebelahmu sibuk mencetak adonan kue. Aku hanya berjalan-jalan, mengawasi jalannya produksi di dapur usahaku.

     "Pak Bintang, ini agenda visitasi cabang-cabang di kota lain. Untuk visit ke kantor pusat dilakukan pekan depan," Sekretarisku menghampiriku, menyerahkan secarik kertas sambil menyamakan langkah kaki, ikut berjalan-jalan di area dapur.

     "Oke, terima kasih istriku," jawabku. Para pekerja saling lirik dan menggodaku, membuatku dan sekretarisku salah tingkah. Tetapi, terkecuali dirimu. Aku melirikmu sebentar, kau masih asyik dengan adonan, santai dan begitu menikmati. Seperti tidak terjadi apa-apa. Dan mungkin memang begitulah adanya. Kau selalu piawai dalam meniadakan emosi, reaksi, ataupun ganjalan hati. Sepertinya, kau lebih mahir dalam menerapkan hakikat cinta bahwa mencintaiku adalah perihal melepaskanku. Atau barangkali dari awal, kau yang mengajarkanku tentang itu. Kau bahkan mencontohkannya langsung padaku. Kau memang lautan yang akhirnya benar-benar melepaskan bintang-bintang. Bukan karena benci, tetapi cintalah yang melahirkan pelepasan paling ikhlas. Kau melepas aku, sebagai Bintang, yang seharusnya menjadi favoritmu, daripada lampu-lampu jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun