Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sepasang Kambing Hitam

7 Oktober 2023   20:45 Diperbarui: 9 Oktober 2023   20:00 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan, ia tukar dengan pekerjaan rumahku yang sudah selesai. Persahabatan kami kini hanya berputar-putar pada kisah klise satu pihak dominan yang terus menuduh, melimpahkan kesalahan, memfitnah, mengancam, menindas, bahkan memanfaatkan kecacatannya untuk melemahkan pihak yang tak berdaya. 

Aku tahu dan sadar betul akan hubungan kami yang seperti ini. Aku bahkan tak benar-benar paham, apakah aku yang salah di sini? Apakah aku pantas menanggung rasa bersalah padahal aku tidak menabrak Budi saat itu? Bukankah ia sendiri yang memutuskan untuk begitu? Mengapa kesannya semesta menyalahkanku dan terus memposisikanku di pihak yang tertindas?

"Mbeekk.."

Syukur mengembik saat melihatku datang menghampirinya di kandang. Bajuku lusuh dan banyak noda bekas injakan sepatu. Sudut bibirku berdarah, mataku sedikit lebam. Sendi-sendi sekujur tubuhku? Jangan ditanya. Remuk bukan main.

"Lagi-lagi aku pasrah saja menjadi kambing hitam Budi," ucapku memulai cerita pada Syukur. Syukur belum juga disembelih untuk kurban, karena aku dan Budi tak pernah membahasnya lagi. Aku dan Syukur bak sepasang kambing hitam di kehidupan Budi. Syukur menjadi kambing hitamku, dan aku menjadi kambing hitam Budi.

"Budi bersiul menggoda pacar Bang Wi. Sebelum pacarnya mengadu, Budi sudah lebih dahulu menghampiri Bang Wi karena tahu dia akan diadukan. Dia bilang bahwa siswa kelas 11 A jurusan Teknik Komputer Jaringan yang bernama Septo lah yang menggoda pacar Bang Wi. Lalu, beginilah akhirnya."

"Mbeekk.."

"Daripada kau yang mati disembelih di Iduladha nanti, apakah sebaiknya aku saja yang mati? Toh kau juga sudah terlalu tua untuk dimasak menjadi gulai."

Aku sudah lelah menjadi kambing hitam. Sedangkan Syukur masih menikmati hidupnya sebagai kambing hitam. Setidaknya, jika aku yang mati, Syukur akan tetap menjadi sahabat Budi tanpa perlu tersiksa sepertiku. Hal itu sekaligus sebagai penebusan kesalahanku atas kecelakaan empat tahun lalu. 

Nyawaku mungkin akan menjadi bayaran hutang budiku atas pertolongan Budi kala itu. Jika aku mati, Budi akan menjadi anak baik lagi. Dia takkan berbuat kesalahan yang akan dilimpahkan padaku. Dia takkan berdosa karena tak lagi mengkambinghitamkan sahabatnya sendiri.

#cerpensahabat
#pulpen
#sayembarapulpen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun