"Kamu bahkan belum sempat ibu ajarkan cara berbicara dan berjalan, Nak."
Aku ingin sekali menjawab, bahwa ibu tidak perlu merasa bersalah. Tetapi, seperti naluri ibu yang kita tahu, ibu bisa mengerti apa yang tak terucap dan apa yang tak terdengar. Aku yakin ibu memahami perasaanku. Jika hanya boleh ada satu hal yang aku syukuri, itu adalah perihal takdir yang mempertemukanku dengan ibu lagi, di akhirat, di rangkulan Tuhan.
Kami sempat berpisah di hari kelahiranku. Hari-hari berlalu, pagi menjemput malam dan malam mengantar pagi, kami tetap bertemu, namun ibu tak menyadarinya. Hingga akhirnya kami bertemu lagi dengan penuh kedamaian dan ketenangan, setelah sekian lama, sejak hari kelahiranku sekaligus hari kematianku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H